Selamat Datang...

...tolong bangunkan aku esok pagi...

Tuesday, December 29, 2009

Wither

Turn it on...Let the feelings flow, close your eyes, see the ones you used to know...

Wither - Dream Theater

Thursday, November 19, 2009

Progo...

Tulisan ini tidak serius, dan memang tak akan pernah serius...kecuali kalau pembaca ingin memaknainya dengan serius...Silakan saja..

Stasiun itu terlihat ramai...
Senin, 9 November 2009 pukul 21.00 WIB
Aku tiba di stasiun itu diantar seorang kawan setelah sebelumnya hanya sempat singgah hanya untuk membungkus beberapa baju. Malam itu aku secara mendadak harus melakukan perjalanan ke Jogjakarta, kabar duka dari salahsatu anggota keluarga besar membuatku harus berada di sana, paling tidak untuk menyampaikan belasungkawa secara langsung kepada keluarga yang ditinggalkan. Tapi bukan soal kabar duka yang ingin ku ceritakan disini.

Stasiun Bekasi, 9 November 2009 pukul 21.15 WIB
Stasiun ini masih terlihat ramai, oleh penumpang juga pedagang. Kebanyakan dari penumpang di peron tiga ini akan melakukan perjalanan menyusuri jalur baja ke arah Jogjakarta dan Semarang. Maklum, dua kereta ekonomi tujuan kota inilah yang berangkat paling akhir dari Jakarta. Kereta ekonomi terakhir menyusuri jalur selatan Jawa adalah jurusan Jogjakarta, namanya Progo, dan jalur utara adalah jurusan Semarang dengan nama Tawang Jaya. Kedua kereta ini, meski ekonomi, tapi tiap ada pengumuman dari petugas stasiun selalu saja disebut Kereta Api Ekspress Malam.

Di stasiun itu selain para penumpang, juga terlihat manusia-manusia lain. Ada pedagang kacamata dan tas yang sedang melepas lelah setelah seharian menjajakan daganganya. Ada pengamen buta yang sedang asyik menikmati nasi bungkus bersama teman penuntunnya. Ada juga perempuan gemuk setengah baya penjaja minuman hangat. Sementara di peron seberang, Kereta Api Eksekutif Parahyangan baru saja tiba menurunkan para penumpang, disusul berangkatnya KRL Ekspress terakhir menuju Stasiun Kota. Ups..serombongan waria melintas dengan wangi parfum yang aduhai. Terlihat dari kostum yang dikenakan, sepertinya mereka baru saja tampil dalam sebuah acara, entah dimana dan apa acaranya.

Progo Gerbong 7, 22.00 WIB
Kereta ini perlahan meninggalkan Stasiun Bekasi. Pelan tapi pasti, menembus pekat-pekat malam. Dan aku harus berdiri berdesakan dengan penumpang lain yang tidak memiliki nomor tempat duduk. Tumben, pikirku, kereta ini ramai pada awal minggu...Bertahun lalu aku sampai hapal kapan saja kereta ini ramai atau tidak, karena saking seringnya bepergian ke Jogja menggunakan kereta merah. Ya merah..ku sebut demikian karena dulu gerbongnya berwarna merah, ciri khas gerbong kereta ekonomi.

Duduk dekat bordes alias sambungan memang membuat tubuh tak nyaman. Pedagang asongan tak henti-hentinya lewat menjejak lantai gerbong yang kotor, tabrak sana-sini tak pedulikan gerutuan penumpang. Tapi memang sepertinya tak ada yang menggerutu, karena memang pasrah saja para penumpang kereta kelas ekonomi. Di tengah gerbong sudah ada beberapa penumpang menggelar koran sebagai alas tidur. Mereka malah lebih tak perduli lagi terhadap keadaan sekitar, yang penting bisa rebah dan terlelap. Meski kadang resikonya dilangkahi orang dan tak jarang ada anggota tubuh yang terinjak. Tapi pengalamanku memperlihatkan, jenis penumpang ini tak peduli. Bagi mereka yang penting murah meriah bisa selamat sampai tujuan.

Menjelang Cikampek, 1 jam setelahnya
Keberadaan pedagang di gerbong ekonomi kadang mengesalkan, kadang juga dibutuhkan. Melihat penumpang yang keleleran, para pedangan ini memberi info kalau di gerbong paling belakang masih banyak kursi kosong. Dengan mantap, aku dan beberapa penumpang akhirnya menyusuri gerbong dengan semangat. Tiba di gerbong 10, beberapa kursi memang kosong, bahkan ada yang selonjoran. Setelah memantau situasi, kuputuskan duduk di kursi nomor 4 dekat jendela. Di kursi itu sudah duduk seorang pemuda, di depannya seorang mahasiswa dan lelaki. Seingatku, sepanjang perjalanan (paling tidak sampai Stasiun Cirebon), pemuda di sebelahku berkisah tentang perjalanan hidupnya, pengalamannya, pahit-getirnya. Si Mahasiswa asyik menyimak seolah mendapatkan petuah bijak. Dan aku sedikit menguping saja karena makin lama si pemuda malah terlihat seperti membual...

Stasiun Cirebon, 10 November 2009, 01.00 WIB
Dini hari kereta ini berhenti sejenak di Stasiun Cirebon, menunggu simpangan Taksaka dari Jogja. Sementara menunggu, aku sejenak turun dan menikmati suasana stasiun di malam hari lengkap dengan kesibukan para penghuninya. Ahh..aku selalu menikmati suasana seperti ini...

Ada pedagang dodol garut dan nasi pecel yang ngobrol berlogat khas Jawa pesisir. Ada pedagang yang menawarkan air mineral dari luar kereta karena malas berdesakan di atas gerbong. Ada petugas stasiun yang mondar-mandir dengan senter di tangan memeriksa kondisi kereta. Ada juga penumpang yang merokok sekedar melepas penat. Bahkan ada juga penumpang tolol yang buang air kecil di dekat roda kereta.

Malam, 01.30 WIB
Kereta akhirnya bergerak...dan aku menikmati makan malamku: Mie Instan dan teh hangat. Darurat tentunya...Ku beli dari pedagang asongan. Tinggal satu cup, dan Mas Asongan tampak senang melihat barang daganganya habis. Menu seperti ini sengaja kupilih, karena kepraktisannya. Dan aku juga tidak begitu percaya dengan penjaja nasi bungkus yang menawarkan sebungkus nasi lengkap dengan ayam goreng dan telur dadar seharga limaribu rupiah. Jangan-jangan ayamnya tiren, dan telur dadarnya adalah campuran satu butir telur ayam dan setengah kilo tepung plus pewarna kuning. Semoga hanya kecurigaan saja mendengar tawaran harga yang tergolong murah untuk dijajakan di atas kereta.

Purwokerto, sekitar pukul tiga dini hari
Ah..tertidur rupanya aku ini...sudah sampai Purwokerto. Sebenarnya, jalur Cirebon-Purwokertio termasuk jalur berbahaya. Jalur kereta ini banyak turun-naik bukit dan tikungan panjang. Biasanya kereta akan bergerak lambat jika melewati jalur ini. Dengan kontur berbukit-bukit, jalur ini indah di lewati saat matahari masih bersinar. Hamparan sawah dan gunung di kejauhan, belum lagi aliran air sungai membuat penat tak terasa. Itu kalau perjalanan dilakukan siang hari. Kalau malam ya masih beruntung kalau tidak hujan, kita masih bisa berdiri di pintu gerbong dan melihat taburan bintang...

Kutoarjo, Pagi
Stasiun besar sebelum Jogjakarta. Di stasiun inilah biasanya turun para pelaju yang naik dari stasiun Gombong dan Kebumen. Dari Gombong-Kebumen pula biasanya naik para pengamen yang benar-benar menghibur. Pengamen-pengamen ini tak mengganggu seperti gerombolan pengamen jalur Cirebon-Purwokerto yang sering memaksa penumpang memberikan uangnya.Para pengamen lucu ini bernyanyi secara bergantian. Setelah pengamen waria berdendang lengkap dengan sengau genitnya, masuklah pengamen beralat musik cukup berat, lengkap dengan contrabass-nya. Jika pengamen waria melagukan tembang dangdut jawa, maka terkadang pengamen rombongan ini memainkan satu repertoar keroncong. Dan catat: mereka tidak pernah memaksa penumpang memberikan uangnya, para penumpanglah yang dengan sukarela mengeluarkan rupiah karena mereka benar-benar terhibur setelah semalaman penuh berada di gerbong sesak. Perjalanan menuju Jogjakarta di pagi hari ini pun semakin mengasyikkan...

Lempuyangan, 10 November 2009, 08.00 WIB
Seluruh penumpang tersisa turun di pemberhentian terakhir KA Ekspress Malam Progo. Dengan tergesa terlihat bapak, ibu dan tiga anaknya berlari ke toilet. Si anak lelaki yang kecil ternyata sudah tak tahan ingin buang air besar. Tak sabar pula sang bapak menggedor pintu toilet, sementara para pengantri memaklumi dan malah memberikan jatah antriannya untuk sang anak. Di sudut, terlihat bapak tua membasuh muka...Kamar kecil yang benar-benar kecil ini pun ramai dengan aroma bau besi, aroma khas kereta ekonomi. Di sayup pendengaran, terdengar radio usang penjaga toilet membunyikan tembang jawa...

Dan, untuk yang kesekian kali...aku tiba di Jogja...

Tuesday, November 03, 2009

Pita Merah !!!

Penahanan dua pimpinan KPK non aktif, Bibit Samad Riyanto dan Chandra Hamzah tanpa tuduhan dan sangkaan jelas oleh Polisi menjadi babak baru perseteruan dua lembaga ini. Pro-kontra terhadap pemenjaraan dua orang ini terus bertebaran, baik dunia maya maupun dunia nyata. Sejauh yang saya ketahui, pihak yang pro penangkapan cuma Polisi, koruptor dan sebuah Pesantren di Bogor. Pesantren tersebut sampai menggelar do'a bersama mendukung langkah Polisi. Sedangkan yang kontra begitu banyak berdatangan dari seluruh penjuru negeri, bahkan dunia.

Ada seorang dosen yang juga facebooker menggalang dukungan bagi Bibit-Chandra melalui situs jejaring sosial. Coretan grafiti di berbagai tembok di jalanan ibukota juga merepresentasikan dukungan terhada KPK agar tidak dimandulkan. Belum lagi banyak tokoh menjaminkan dirinya untuk Bibit-Chandra. Sampai-sampai mantan Ketua KPK Ery Riana juga merasa "harus ditangkap dan di tahan" karena dulunya melakukan apa yang di tuduhkan polisi terhadap Bibit-Chandra.

Di lain pihak, pimpinan republik bereaksi sangat lamban. Dari awal para petinggi negara sudah menyadari runutan jalannya pertarungan Cicak vs Buaya ini. Namun, mereka seolah menikmati tontonan ini dari balik ruang kerja mewah mereka, lengkap dengan tawa dan es teler. Ketika reaksi masyarakat berdatangan mendukung KPK dan Bibit-Chandra, barulah ada acara menggelar karpet musyawarah..jualan kecap...

Indonesia melulu berkabung atas tewasnya anti-korupsi. Dan banyak kalangan memaknainya dengan memakai pita hitam tanda duka cita. Duka cita ditinggal mati sistem anti-korupsi gara-gara proses pembiaran para pemangku kebijakan. Mereka berlindung di balik "penghormatan proses hukum" yang tak betul jalannya. Dan duka cita berarti pasrah...

Bagi saya, lebih baik memakai pita merah sebagai simbol perlawanan terhadap tindakan sewenang-wenang dalam kasus ini. Sebagai bentuk perlawanan terhadap korupsi, terhadap pemandulan KPK. Dan memang, mengutip Wiji Thukul, hanya ada satu kata LAWAN!!!

*Duel Cicak v Buaya bikin Kadal bergembira...Bunglon berubah wajah dan warna, sementara pawangnya asyik menonton sambil jualan kecap dan minum es teler*

Kemanakah Susno, sang promotor pertarungan ini???

Saturday, October 31, 2009

Ghost

All the time we spent, wasted in the end
(...)
Lies the weight of my regret
(...)
Between the shadow and the light
(...)
Ghost you're in my head
(...)


Ghost - Extreme

Sunday, October 25, 2009

Yngwie van Bekasi

Iseng-iseng klik sebuah link di Youtube yang di posting seorang kawan di Facebook membawa saya berkunjung ke masa lalu...Link itu kemudian membawa saya menjelajah Youtube, dan akhirnya keasyikan menonton beberapa video Yngwie Malmsteen, jawara shredder masa itu. Jaman itu, jaman peralihan dari putih-biru ke putih abu-abu, sebagai ABG saya begitu menikmati speed permainan gitar Mas Malmsteen. Tapi kesenangan tinggal kesenangan..sebatas mendengar dan menikmati tanpa pernah mampu berfikir untuk mengikuti jejak Mas Malmsteen jadi gitaris.

Dari sekian banyak teman sebaya, ada satu orang yang sangat tergila-gila dengan permainan Yngwie Malmsteen. Teman saya ini tak pernah lepas sekalipun dari gitarnya dan bisa berlatih di rumah hingga 8 sampai 12 jam sehari. Baginya tidak ada detik terlewati selain stretching jari jemari di atas fret gitar. Sampai-sampai sekolah formal pun menjad nomor ke seribu. Nomor satu adalah gitar, kedua kaset-kaset Yngwie Malmsteen. Tak naik kelas sampai pindah sekolah pun di lakoninya. Dari dia lah saya dan teman-teman yang lain mengenal kemudian band-band rock dan musisi dengan kadar selera musik kelas wahid. Selain Yngwie Malmsteen, saya dikenalkan dengan Satriani, Vai, Dream Theater, Rhapsody, Stratovarius, Joe Lynn Turner dan masih banyak lagi. Kebetulan, selera musik di kawasan tempat saya tinggal masa itu tak jauh dari pengaruh musik rock. Mulai dari Metallica, GNR, Nirvana, Sepultura sampai Rage Against The Machine dan Green Day.

Teman saya ini memang terobsesi (atau bermimpi tepatnya) untuk menjadi musisi handal, sebagai gitaris kelas wahid. Untuk mewujudkan mimpinya, dia tak segan-segan melakukan segalanya, mulai dari kursus gitar, mendatangi jagoan gitar di kota tempat kami tinggal, ngulik, sampai kalau nongkrong-pun dia masih juga menunjukkan kemampuannya memainkan gitarnya. Terkadang, kami-kami ini yang nongkrong sampai merasa terganggu kalau dia datang...Pasalnya, ketika satu geng ingin bernyanyi Slank, dia malah dengan sangat cuek mempertontonkan satu repertoar Rising Force yang terdengar pletak-pletuk..maklum, pakai gitar kopong...Kalau dia bermain pada gitar Prince Merah, gitar listrik pertamanya, bisa lain cerita...

Tapi usahanya membuahkan hasil...namanya mulai dikenal di jajaran Gitaris Muda di kota saya...paling tidak beberapa orang mulai mengenalnya. Selepas putih-abuabu, kawan saya ini kemudian melanjutkan studinya ke salah satu perguruan tinggi khusus musik yang pada waktu itu baru saja buka di kawasan Pulogadung. Di tempat itu, dia mulai mengikis idealisme-nya dalam bermusik. Kalau dulu lebih senang rock, speed gitar, sekarang mau menerima beberapa genre musik. Di angkatannya, dia salah satu murid yang kecepatan teknik sweeping-nya paling rapi. Dasar memang tak bakat dengan urusan nilai, memutuskan keluar dari institusi itu dan mulai mengajar privat..sambil terus mengasah skillnya di rumah. Dia juga mulai berkenalan dengan orang-orang yang sehobi dengannya. Dia pun saat itu mulai bermain berbagai macam genre musik, mulai dari progresif sampai pop cengeng.

Sekarang ini, meski belum berhasil menggapai mimpinya untuk jadi musisi, tetapi bakatnya tidaklah hilang. Terakhir bertemu, dia bekerja di perusahaan kargo sambil terus bermusik. Mungkin suatu saat nanti, dia bisa meraih apa yang dicita-citakan. Toh, semuanya berawal dari mimpi...

Wednesday, October 07, 2009

Yang tertulis...(Coretan Pulkam Selatan#2 2009)

Sudah lama tak menulis..banyak ide, tapi malas menulis....maka dari itu, sekarang saya coba untuk menulis. Entah mau dimulai dari mana cerita ini, tergantung isi kepala memerintahkan jemari ini mengetik keyboard komputer. Tapi saya tetap mencoba untuk menulis...

Cerita ini adalah bagian dari ramainya suasana hati dan pikiran saat tugas liputan Reportase Pulang Kampung 2009. Mendapat tugas shift dua alias dimulai saat Idul Fitri tanggal 20 September 2009 sampai 29 September 2009. Sebenarnya dimulai saat malam takbiran, tetapi pemerintah melalui Pak Maftuh Basyuni "berbaik hati" menentukan Idul Fitri maju sehari, sehingga prediksi Ramadhan tigapuluh hari menjadi duapuluhsembilan hari. Maka dari itu, shift dua bisa berlebaran dulu di rumah, sungkem Bapak-Ibu dan keluarga, juga tetangga sebelum berangkat tugas. Tapi itu tidak berlaku bagi kawan-kawan yang kos, yang tetap tidak bisa pulang kampung beneran.

Tim shift dua jalur Selatan Reportase Pulang Kampung terdiri dari 8 orang kru News Trans TV, empat driver handal, dua orang editor, satu MEP dan dua sekuriti. 8 orang kru News ini dipecah menjadi empat tim, dengan komposisi satu cameraperson dan satu reporter. Saya kemudian ber-partner dengan salah satu reporter handal nan cantik. Sebut saja DW. Selama sepuluh hari tugas, ya sehari-hari sama dia itu. Liputan, live, termasuk bergosip...Sebagai satu kesatuan tim, kami harus saling mendukung, apapun kondisinya.

Berangkat dari Tendean jam 2 siang, bersamaan dengan keberangkatan tim shift dua Utara. Tujuan pertama adalah Bandung. Kami beruntung, sebab waktu tempuh Jakarta-Bandung masih normal 2 jam. Bayangkan tim shift dua jalur Utara yang posting sepanjang Pantura. Mereka baru tiba di Cirebon, titik pertama mereka, jam 11 malam. Sampai Bandung, masih sempat kumpul-kumpul dengan tim shift 1. Kebetulan hari itu ada yang berulangtahun. Dan obrolan diadakan di berbagai tempat, mulai dari Paris Van Java, sampai akhirnya terdampar di kios Es Buah di Simpang Dago jam 11 malam. Menikmati es di tengah dinginnya Bandung? Cuma tim Selatan yang bisa...

Obrolan dengan tim shift satu ini membahas soal kerja-kerja mereka selama tugas. Mulai dari menahan puasa di tengah debu Nagreg sampai soal siaran Live yang mereka bawakan. Belum lagi keluh kesah soal pimpinan lapangan, logistik perut sampai manager yang pegang rupiah. Tetapi yang menjadi inti adalah bahwa tim, apapun yang terjadi harus kompak dan saling mendukung. Terutama tim News yang tugasnya di jalanan.

Live pertama saya dengan DW terjadi hari kedua lebaran di depan sebuah FO di Jalan Riau untuk siaran pada slot Jelang Siang. Siaran dan presenting yang ok. DW tidak terlihat grogi ataupun gugup. Live lancar. Meski demikian, saya terbatas oleh penempatan banner sponsor yang harus tetap berada di layar, sehingga eksplorasi dan eksperimen tidak bisa dilakukan. Dan itu menjadi pemikiran tersendiri siapa saja setiap mau siaran. Semua jadi repot memikirkan banner yang harus berdiri tegak di belakang reporter, mulai dari campers, sekuriti, field producer sampai kru teknis siaran. Beruntung tim tetap saling mendukung, jadi tiap siaran persoalan ini sedikit teratasi...

Beberapa kali siaran Live tidak melulu mulus. Ada tim lain yang siap siaran tiba-tiba batal gara-gara sikring pada OB Van putus. Belum lagi soal gugup dan groginya presenter...wahh..kalau ini DW punya trik khusus. Dia bisa berjoget dan bernyanyi demi mengatasi kegugupannya. Ritualnya adalah 3P; Pecicilan, Pencilakan, dan Pethakilan. Baginya, juga bagi saya, itu melemaskan urat syaraf di tengah tuntutan zero mistake. Namun, namanya juga apes, hal tak berkenan bisa hadir kapan saja. Dua kali tercatat closing DW tak sempurna, dan saya sempat juga menantang matahari, sebuah hal yang diharamkan para cameraperson karena bisa membuat gambar siluet. Untungnya tim teknis cukup handal, blocking demikian bisa terlihat normal, meski bikin repot banyak orang. Harus memayungi reporter, bouncing reflektor dan lain-lain.

Dukungan teknis sangat berperan dalam siaran seperti ini. Untuk itu dua kru teknis, Ana dan Suhut adalah orang yang membuat gambar di monitor jadi enak di pandang mata dan mengantarkannya ke layar televisi melalui Jakarta. Belum lagi perintah seorang program director di Jakarta yang dihantarkan supaya bisa sama dengan Jakarta. Countdown dan perintah melalui alat komunikasi menjadi bagian dari hidup kameramen selama paling tidak 30 menit. Dan saya paling senang kalau Ana yang pegang tugas itu. Bukan apa-apa, adem suaranya..hehehe...

Untuk bisa sampai di Jakarta, gambar tersebut dikirim melalui OB Van yang digawangi Andra sama Iman, dan didukung si Bule dari Garut. Berhubung di pakai bergantian dengan sang adik, maka OB Van nyaris tak pernah istirahat. Total di pakai 9 kali siaran Live. Trans TV tiga kali, sisanya jatah adik. Dan itu berjalan selama 18 hari, shift satu dan shift dua.

Sebelum siaran atau sesaat setelah siaran biasanya tugas berikutnya adalah liputan. Apa saja bisa jadi bahan liputan, terutama macetnya jalur arus balik dan kecelakaan lalin. Dan Nagreg menjadi idola untuk membuat paket berita VO, karena nyaris setiap jam terjadi macet di simpang Cagak, dan efeknya kendaraan bisa mengantri hitungan kilometer. Kalau kecelakaan, di Cikampek lah jagoannya. Mulai dari jalur tol Jakarta-Cikampek, Cipularang sampai non-tol bisa dibilang selalu ada kecelakaan. Setelah liputan, gambar-gambar akan diedit oleh editor. Dan itu tugas Setiawan dan Tika, dua dari sekian banyak editor handal. Berbekal laptop editor, jari-jari mereka berdua asyik menari. Putar sana, potong sini, tempel...dan jadilah paket berita spot maupun VO. Terkadang materi datang berdekatan dengan waktu siaran. Nah, di tangan mereka lah nasib paket berita itu berada, apakah selesai tepat waktu atau malah molor.

Di atas itu semua, ada dua field producers. Muhar mengurus printilan siaran, satu lagi, TB, mengurus layar dan naskah. Keduanya terlihat kompak, tetapi TB seringkali uring-uringan kalau ada masalah dan kesalahan. Bukan apa-apa, tanggung jawab sangat besar ada di pundak mereka berdua, jadi sangat wajar kalau mereka ini kadang menyebalkan!

Ah...banyak momen yang bisa ditulis sebenarnya, tetapi kalau di sini bisa panjang dan makan bandwith. Paling tidak cerita di atas mengobati kangen saya menulis, dan merindukan suasana liputan seperti itu yang di beberapa saat membuat saya merasa benar-benar menjadi jurnalis, bukan sekedar (mengutip teman), broadcaster. Dan saya merindukan liputan bersama DW...Cakep Daahhhh!!!

Friday, September 04, 2009

Mujahid yang sesungguhnya Mujahid

Mariadi (Jojon)
*foto oleh Probo Kushartoyo*

"Mau jadi Haji!!!"

Demikian jawaban Mariadi atau biasa di sapa Jojon. Jojon, 11 Tahun, adalah anak dari pasangan Ibu Dayak dan Ayah yang Jawa. Dia tinggal bersama Ayah dan Ibunya di pemukiman Dayak Tunjung, Kampung Karangan, Manor Bulatn, Kutai Barat. Kampungnya terletak di seberang Melak, kota kecil yang bisa ditempuh sepuluh sampai duabelas jam dari Balikpapan menggunakan mobil. Dari Melak, menyeberang sungai Mahakam dan menyusuri jalan gravel selama 30 menit. Sepanjang jalan akan melewati lahan-lahan kritis yang dulunya berupa hutan lebat. Penggundulan masif hutan Kalimantan hanya menyisakan daerah yang lebih mirip gurun dan semak.


Banyak Babi
*foto oleh Harmandita*

Di kampung dimana Jojon tinggal mayoritas penduduknya mualaf. Mereka kebanyakan dulunya adalah penganut animisme, kepercayaan masyarakat Dayak. Di tengah-tengah penduduk Dayak hadir para transmigran, mayoritas dari Jawa Timur. Mereka ini berasimilasi, dan sedikit banyak menyebarkan agama Islam. Ada yang sudah mukim di sana belasan tahun membawa serta keluarganya, ada juga yang menikah dengan penduduk setempat. Namun, meski kebanyakan penduduk Dayak mualaf, mereka jarang puasa. Bahkan memelihara babi dan makan babi pun masih dilakukan disela-sela acara adat.




Ustadz Suparlan
*foto oleh Dicky Kurniawan*

Adalah Ustadz Suparlan, sarjana Pendidikan Agama Islam dari salah satu perguruan tinggi di Nganjuk yang berusaha menyadarkan para mualaf dengan mendedikasikan dirinya berdakwah di pedalaman Kalimantan. Ustadz Suparlan rela tidak mendapat bayaran sepeser pun demi dakwah. Berjuang dengan segala keterbatasan di Gunung Rampah. Bagaimana tidak, untuk sampai ke Gunung Rampah dari Melak saja memerlukan dana yang tidak sedikit, paling tidak harus merogoh kocek 20.000 ribu rupiah menggunakan motor sendiri. Penyebrangan dan ongkos BBM yang mahal menjadi penyebabnya. Demi menekan ongkos, Ustadz Suparlan terkadang tidur di Mess Guru yang disediakan SMP 11 Sendawar. Tapi itu pun kondisinya tak begitu memadai.





Gunung Rampah belum ada pasokan listrik sama sekali. Bisa dipastikan kalau malam gelap gulita. Listrik menggunakan genset, dan itupun hanya beberapa orang saja yang mampu, diantaranya petinggi (sebutan untuk Lurah atau Kepala Desa), pemimpin adat dan orang-orang kaya. Belum lagi terbatasnya air bersih, terkadang malah harus menampung air hujan. Kondisi ini diperberat dengan harga BBM yang tinggi, lebih tinggi dari harga yang kita bayarkan di kota-kota besar. Satu liter premium berharga 6000 rupiah di Gunung Rampah, sedangkan di Melak seharga 5.800 rupiah dan di Tenggarong 4.800 rupiah. Harga yang membuat geleng kepala, sebab sebenarnya tak jauh juga dari kota Balikpapan yang gudangnya minyak.



Santri TPA asuhan Ustadz Suparlan
*foto oleh Probo Kushartoyo*

Di tengah keterbatasan itu, Ustadz Suparlan tak kenal kata menyerah. Di kamar mess-nya terpajang kata-kata penyemangat ketika sebagai manusia pada satu titik dihadapkan pada kondisi bimbang. Baginya ketika asa menyerah tiba, maka mengajar anak-anak mengaji adalah obatnya. Tak ada yang bisa menyemangatinya selain tawa anak-anak sebaya Jojon ketika hadir di Majelis TPA yang di lakukan di sebuah langgar sederhana.

Dan Ustadz Suparlan melakukannya dengan ikhlas, tanpa ada tendensi apa-apa selain dakwah, menyebarkan gaung takbir di penjuru Gunung Rampah. Meski untuk itu banyak sekali tantangan dari warga sekitar, baik yang mualaf maupun yang masih menganut kepercayaan animisme.

Dari usahanya, maka Jojon bisa dengan tegas mengatakan "Mau jadi Haji!!!", dan Ustad Suparlan bagi saya adalah Mujahid SEJATI...

Friday, August 21, 2009

Ramadhan 1430

Bersimpuh...
Tertunduk...
Berdo'a...
Ikhtiar...
Menangis...

Semua akan menjadi Surga, jika
Ikhlas dan tawakkal...

Marhabban Ya Ramadhan...

Saturday, August 08, 2009

Dua hari

Dua hari itu kamu mendekatkan kepala di punggungku
rasakan getar yang sama seperti dulu
tapi itu saja..tak lebih...
Melihatmu adalah mengingatmu
hingga sang waktu mau beranjak pergi
menggenggam jejakmu menjauh dari mimpiku
dan itu saja..tak lebih...

*mengingat dua hari di minggu lalu*

Monday, July 20, 2009

Di Jogja...

Hari itu datang pesan singkat dari seorang sahabat. Isinya:
"Percaya ga percaya, kl loe ke jogja pasti ada aja tragedi..nyambung ga ya? ;p"
Dikirim pada 17 Juli 2009 jam 23.46 WIB, 16 jam setelah dua bom mengguncang kawasan Mega Kuningan.

Hari itu, aku baru saja menjejakkan kaki di kamar, dan bersiap istirahat setelah sepuluh jam berada di kursi 4C gerbong 9 Keretaapi Senja Utama Solo. Berita di ANTV pagi itu menggambarkan asap putih mengepul dari kejauhan seraya menyebutkan dua hotel elit di kawasan Mega Kuningan, The Ritz Carlton dan JW Marriot terkena ledakan bom. Seraya penuh ingin tahu ku arahkan remote televisi dan mengganti channel ke Metro TV dan TV One bergantian. Sayang, belum dapat gambar di TKP, meski dua televisi itu setia bertajuk Breaking News dan Kabar Terkini. Gambar terbaru baru kulihat saat Trans TV menyiarkan Reportase Terbaru. Dan...terlihat memang lantai dua hotel JW Marriot rusak parah, disusul gambar Ritz Carlton. Kemudian muncul gambar-gambar dramatis: Korban luka-luka, kesaksian Alex Asmasoebrata (yang kemudian muncul dimana-mana lengkap dengan kaos putihnya yang mendukung SBY), kepanikan tamu dan orang-orang sekitar, polisi...dan tak ketinggalan raungan ambulan.

Kabar demi kabar kuikuti, dengan hasil akhir (pada waktu itu) 9 korban tewas dan 59 orang dirawat di tiga rumahsakit berbeda di Jakarta. Selain itu, buntut dari tragedi mengenaskan ini adalah nasib 73.000 calon penonton MU vs timnas SMS (Indonesian All Star) yang mengalami pembatalan pertandingan. Segera setelah bom meledak di Ritz Carlton, pihak manajemen Manchester United melakukan konferensi pers di Malaysia memberitahukan pembatalan pertandingan. Dan serta merta, panitiapun rugi sampi Rp. 50 Milyar...

Soal tragedi yang disebutkan seorang teman itu mengingatkanku pada awal-awal kunjungan ke Jogja 10 tahun lalu. Saat itu pertama kali aku datang dan menginap di Jogja. Berita itu datang pada 20 Mei 2000, mengabarkan bahwa seorang teman, Toya Nandayana meninggal dunia karena sakit komplikasi. Sehari sebelumnya seingatku dia baru saja berulangtahun...Sebelum keberangkatan aku sempat menjenguknya dan beberapa hari kemudian sempat terlihat sehat...namun ternyata Tuhan berkehendak lain. Dengan backsound Disini Tanpamu -nya Padi, aku mengucap duka...

Kejadian kedua datang pada 19 Desember 2004 saat PNMHII di Jogja. Kawan baik yang juga ketua panitia acara tersebut mengalami insiden di kampusnya: diserang orang tak dikenal di kampusnya dan terkena sabetan pedang. Penyebabnya adalah salah paham. Ironisnya, kawan baikku itu mengalaminya bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Walhasil, di tengah acara PNMHII dia harus "mengawasi" jalannya PNMHII dari atas ranjang VIP RS Bethesda Jogja sampai selesai.

Ketiga datang pada 28 Oktober 2007. Saat itu aku sedang transit untuk melakukan perjalanan ke Surabaya. Kabar melalui pesan singkat bilang Maink meninggal dunia. Ahmad Ismail, seorang sahabat sejak SMA yang memperkenalkanku dengan kegiatan luar ruang meninggal karena sakit, dan aku tak sempat menjenguknya. Maafkan aku sahabat...

Keempat, entah kebetulan atau tidak, terjadi pada awal-awal bulan puasa September 2008 lalu. Saat itu tugas kantor liputan Sisi Lain. Kebetulan berbarengan dengan tim dari Jelang Siang yang juga tugas di Jogja. Satu hari, ayahanda dari camera person Jelang Siang mengalami insiden di rumah; beliau jatuh dan menyebabkan tulang tempurung lutut bergeser. Untungnya (ini khas orang Jawa), cepat mendapat perawatan di RS Panti Rapih...

Kelima....ah..yang ini mungkin sudah takdir saja...Tak lama dari bulan puasa itu, rencana yang sudah kami susun berantakan tak berarah...Tuhan memang sedang membuat rencana yang lebih baik buatku sepertinya...

Keenam, dan semoga yang terakhir, adalah Mega Kuningan Bombing....

Semoga yang terakhir, karena aku sungguh menikmati keberadaanku di rumah keduaku Jogja dan tidak ingin setiap ke Jogja ada saja kejadian dan tragedi...

Kebetulan? Wallahualambissawab...

Friday, April 03, 2009

Lirik Favorit

Membaca tulisan Arian Arifin di Majalah Rolling Stone Indonesia edisi April membuat saya berfikir tentang lirik-lirik lagu yang pernah menemani hidup saya. Tak jarang, lirik-lirik itu menjadi quote paling penting dalam hidup saya saat itu. Arian, yang juga frontman band cadas Seringai juga menambahkan bahwa musik adalah senjatan dan lirik adalah amunisinya. Sementara lirik yang baik adalah lirik yang mengispirasi, yang membantu pendengar melewati masa-masa (sulit) dalam hidupnya.

Arien13, nama pena Arien Arifin, tak salah. Setidaknya saya, dan mungkin anda, memiliki beberapa quotes favorit yang berasal dari lirik-lirik lagu. Terutama lirik-lirik yang menginspirasi dan bermakna begitu dalam. Jangan samakan lirik lagu dengan do'a, karena dua hal ini berbeda. Kalau anda menjadikan lirik lagu sebagai bagian dari do'a anda, itu tak ada yang melarang, karena biar bagaimanapun, ada harapan, ada cita-cita dalam lirik.

Sampai sekarang, saya masih terkesan dengan kutipan It's Only A Transition yang saya jumput dan saya modifikasi dari Fatal Tragedy - Dream theater album Scene of a Memory (1999). Lengkapnya "...remember, that the death it's not the end, but only a transition". Entah kenapa sejak saya mendengar lirik ini, saya yakin bahwa apapun yang terjadi dalam hidup adalah sebuah transisi, sebuah perubahan. Perubahan yang baik tentunya. Apa yang dijalani hari ini harus lebih baik lagi daripada hari kemarin, dan semakin baik lagi dihari esok. Meski kita tak mengetahui apa yang terjadi di hari esok, sementara waktu yang berlalu telah menjadi sejarah.

Kemudian adalagi lirik cengeng tapi cukup menghipnotis. "...if i can't have you right now, i'll wait dear..." Dari jaman putih biru dulu saya sudah jatuh hati sama lirik ini. Mewakili perasaan cinta mati terhadap seseorang yang tak berbalas sudah pasti, tapi tidak itu saja. Lirik ini menyemangati saya juga untuk bisa bermimpi, bermimpi untuk sebuah hal yang entah kapan bisa terwujud. Hingga saya hanya bisa menunggu. Entah kenapa, seseorang yang pernah begitu dekat di hati pernah mengeluarkan kata yang maknanya mirip dengan lirik ini. "Kalau belum kesampaian, disimpan saja dihati dulu, diimpikan, siapa tahu jalannya akan mudah untuk mewujudkan impian itu". Ya...saya memang selalu mengimpikan apa yang saya inginkan, dan menunggu hal itu menjadi nyata. Axl Rose tidak hanya mengajarkan tentang impian akan kehadiran seseorang dalam hati dalam lirik ini, tetapi juga impian-impian terbaik yang bisa diimpikan dalam kepala. Semua hal memang selalu berawal dari mimpi.

Adalagi sumbangan lirik dari kelompok musik humor Orkes Pemuda Harapan Bangsa. Melalui lagu Mahasiswa Rantau, PHB menyindir saya waktu itu yang tak juga lulus kuliah pada medio 2003-2004. Saat itu saya sedang "menikmati" kehidupan di luar kampus, sampai saya lupa bahwa kehidupan kampus seperti apa. Medio itu di kampus saya selalu datang paling akhir, tetapi berusaha keluar kelas terlebih dahulu. Mati-matian mengejar IP supaya tidak dibawah 2,75 karena katanya akan susah mencari kerja. Datang ke kampus sih pasti, tapi lebih sering titip absen dan nongkrong, kalau mau ujian sibuk fotokopi. Tersadar bahwa rekan seangkatan sudah ada yang lulus, saya makin terpacu untuk menyelesaikan kuliah. "...masuk kelas creet..creet..udah injury time...datang telat, pulang paling rajin..."

Pada masa dimana saya sering menghadiri kumpulan-kumpulan lintas kampus dan bertemu banyak teman-teman, Dewa menyumbang pula liriknya yang menjadi soundtrack setiap kami bertemu. Kumpulan-kumpulan mahasiswa itu menjadi menarik karena pasti mahasiswi-mahasiswi cantik dari berbagai kampus hadir. Tetapi malangnya, setiap upaya selalu menemui jalan buntu. Paling banter cinlok, cinta lokasi. Setelah acara selesai, selesai pula hubungan percintaan. Untuk itu, Pupus-nya Dewa selalu menjadi teman setia kami...hahaha...

November lalu malah si Axl Rose menyumbang lagi lirik yang tak akan terlupa melalui November Rain. "..and we both know heart can change...". Hati memang cepat berubah, merubah pula impian-impian saya akan dirinya. Kekerdilan berfikir yang singkat membuat saya tersungkur ke lubang bekas jatuhnya meteor yang menewaskan kehidupan Jurrasic. Begitu lebar dan dalam, tapi saya tak melihatnya. November Rain menemani saya dan "dia" yang sedang mengeluarkan perubahan isi hatinya kepada saya. Saya juga tak tahu ini kebetulan atau memang jalanTuhan, yang jelas saya cuma bisa bengong dan bingung saat itu.

Lirik yang sedang menghipnotis saya saat ini adalah bait-bait lagu Answer Lies Within dari Dream Theater - Octavarium (2005). Seluruh kata-katanya menyemangati saya untuk bisa bertahan dan berjalan. Menatap hari-hari dengan mata terbuka, dan meng-amini setiap keputusan yang saya ambil atau yang DIA jatuhkan kepada saya dengan harapan bahwa akan ada masa-masa dimana saya bisa menjalani hidup dengan baik.

Life is short, so learn from your mistakes
And stand behind, the choices that you made
Face each day with both eyes open wide
And try to give, don't keep it all inside
....
You've got the future on your side
You've gonna be fine now
I know whatever you decide
You are gonna shine!

Di jaman dimana lirik lagu Indonesia serba menye-menye, saya merindukan lirik-lirik nakal yang dahsyat macam saat-saat awal kehadiran Iwan Fals, atau sumpah serapah Slank lewat Bangsat, atau renungan lahir bathin ala Ebiet G Ade. Tidak harus kritik sosial atau cinta, yang penting nakal. Dan Maia dan Trio Macan mempopulerkan itu....

Jadi, manakah lirik favorit anda?

ps: i miss you guys, who involved with FKMHII regime 2002-2003...

Thursday, April 02, 2009

Kehilangan

Pernahkan kamu merasakan kehilangan yang sangat??? Kehilangan yang datangnya tiba-tiba, disaat rasa membuncah memenuhi paru-paru. Sejatinya semua pernah, dan yang belum pernah, pasti akan mengalami. Entah kehilangan barang, teman, pacar, atau seseorang yang sangat kita sayangi dan cintai. Kehilangan itu sangat menyedihkan dan menyakitkan. Efeknya bisa terasa berhari-hari, bahkan bagi sebagian orang bisa berlangsung dalam hitungan tahun. Tapi ada juga yang bisa cepat recovery dan menemukan " apa yang telah hilang" dalam sekejap waktu.

Seorang kawan beberapa waktu lalu mengalami musibah, kehilangan orang yang sangat dicintai, yang sangat disayangi . Kehilangan yang bukan untuk sesaat, tetapi selamanya. Berat sekali memang rasanya, dan kawanku itu tidak begitu saja bisa recovery. Tak mudah melupakan orang terdekat dengan kita secara tiba-tiba. Namun itulah takdir, yang menentukan hanya kuasa Allah. Dia bisa memberikan hal yang disukai umatNya secara tiba-tiba, juga bisa merenggutnya secara tak terduga. Kita hanya bisa pasrah...tawakkal dan sabar..

Kenangan akan orang-orang terdekat yang telah hilang pun masih membayang. Banyak hal yang dilakukan untuk memelihara kenangan-kenangan itu. Berbagai cara dilakukan agar masa lalu bisa tersimpan dengan baik, dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Hingga akhirnya kita akan memilih, akan berada pada ingatan masa lalu, atau menatap masa depan. Bagiku, untuk orang-orang yang ditinggalkan...bersabar dan tawakkal saja, itu jalan terbaik untuk mengingat....bahwa hidup kita harus berlanjut....

Sepenggal kutipan:
[19:04] marcial_riquelme: Asslamualaikum?
[19:04] marcial_riquelme: siapa neh pake account xxxxx?
[19:04] xxxxxx: waalaikum salam...
[19:05] marcial_riquelme: ini siapa ya pake account xxxxxi?
[19:06] xxxxxx: istrina mas...
...
19:06] marcial_riquelme: kamu juga yang bikin fesbuknya alm xxxxx ya?
[19:07] xxxxx: yuuupppss
[19:07] marcial_riquelme: hmm..
[19:07] marcial_riquelme: banyak kawan-kawan yang tanya kenapa accountnya almarhum tiba-tiba on
[19:08] marcial_riquelme: soalnya banyak yang nyapa tapi tak berbalas
[19:08] marcial_riquelme: tapi ini bener istrinya khan?
[19:08] marcial_riquelme: bukan orang lain?
[19:08] xxxxx: bener mas....
[19:08] xxxxx: sumpah...
[19:08] xxxxx masa orang lain siy mas...
[19:09] marcial_riquelme: gak
[19:09] marcial_riquelme: kawan2 mempertanyakan kenapa account YM ini hidup lagi
[19:09] marcial_riquelme: nama kamu siapa?
[19:09] marcial_riquelme: aku soalnya gak tau sampe sekarang nama istri almarhum
[19:10] xxxxx: nama saya xxxxx mas, kalo mas temen mas xxxxx dimana??
[19:11] xxxxx: temen kul ya??
[19:11] marcial_riquelme: temen SMA
[19:12] xxxxx: oooo...
[19:12] marcial_riquelme: maaf aku harus tanya
[19:12] marcial_riquelme: kenapa kamu pake account denni untuk YM ato fesbuk?
[19:12] marcial_riquelme: kawan2 SMA banyak yang kaget dan nanyain
[19:12] marcial_riquelme: ada yang bilang ini kerjaan orang iseng
[19:12] marcial_riquelme: sorry to ask you
[19:14] xxxxx: ok, saya pake account mas denni karna saya gak ingin mas denni menghilang dari dunia maya saya...
[19:16] xxxxx: dari sini saya bisa mengobati rasa kangen saya....
[19:17] xxxxx: dan satu lag,i saya gak ingin merubah sedikitpun peninggalan terakhir alm
[19:18] marcial_riquelme: ooo...maaf ya xxx aku harus tanya ini..bukan untuk bikin kamu sedih nginget xxxxx
[19:18] marcial_riquelme: tapi ini juga pertanyaan yang banyak diajukan teman2 SMA-nya
[19:19] marcial_riquelme: dan aku harus nuntasin penasaran ini
[19:19] marcial_riquelme: biar mereka gak mikir macem-macem juga
[19:19] marcial_riquelme: maaf yaa..aku harus bertanya
....

[19:20] marcial_riquelme: aku dateng ke panjul..dan dari situlah kawan2 juga pada nanyain kenapa YM dan fesbuknya ada
[19:20] marcial_riquelme: kamu dateng?
[19:20] xxxxx: dateng, tp sengaja telat...
[19:21] xxxxx: aq gak mau ngeliat kalian semua...
[19:21] marcial_riquelme: aku juga telat
[19:21] xxxxx: takut sedih...
....

Semoga kau bahagia di sana, Kawan....




Wednesday, March 25, 2009

Bintang

Seorang kawan mengingatkanku tentang bintang
Sesuatu yang tak bisa kurengkuh dan ku gapai
hingga kubiarkan saja ia bergelantungan semrawut di atas sana
hanya bisa ku tatap dan ku kagumi

Seorang kawan lebih beruntung, katanya
ia telah menangkap bintang yang berwarna biru
hingga telah ia peluk dan dibawa kemanapun ia pergi
melengkapi pelangi yang ia goreskan pada awan

Dan aku,
Masih tak sanggup membawa bintangbiruku
hanya biru saja yang bisa kusimpan
itupun kalau ia tak mati
mengkerut di pojok hati


---lantaitiga 25-03-09---

Friday, March 20, 2009

Andaikata...

Untuk sisa duapuluhlima persen di pojok hati

tak kusangkal akan rinduku

tetapi mesti kubiarkan ia mati

agar tak lagi membuat lidahku kelu

...

Andaikan kau ada di sini

temani diriku, andaikan kau temani aku

merajut rindu, andaikan kau rajut rinduku

sulamkan cintaku, andaikan kau silam cintaku

hibur diriku...saat ini...

dalam sepiku

kehadiranmu

...

(Powerslave - Andai Kata)

Monday, March 09, 2009

Rutinitas Pagi

Setiap saat tugas luar kota adalah penyiksaan di balik kesenangan. Dua hal itu melebur jadi satu, dan terkadang berkelindan saling melilit tak juga bertemu pangkal ujungnya (halah!!). Intinya adalah pengendalian diri...dan tanggung jawab...

Seperti biasa, setiap tugas luar kota harus stand by maksimal jam 5 pagi untuk loading alat-alat liputan (syuting) yang mesti di cek satu-satu fungsionalnya. Tak boleh meleset satupun! Meleset berarti bencana. Bayangkan saja tiba-tiba di lokasi yang jauh dari Kantor Pusat, kamera tak berfungsi atau malah audio yang grasakgrusuk. Akhirnya bisa membuat pekerjaan tak selesai dengan baik.

Dengan demikian, paling tidak jam 3 dini hari harus sudah melek dan bersiap ke kantor. Nah, disini pangkal ujung penderitaannya..NGANTUK!!!! Setelah loading alat, menunggu tim yang lain datang untuk segera berangkat ke bandara. Namun apa daya, tak semua bisa on time..jadinya mau tidur pun terasa nanggung...

Jadi, ya begini ni, cek email, fesbuk, browsing-browsing, nulis gak jelas blas..sambil dengerin musik..kali ini masih Iron Maiden, Wasted Years....Bukan apa-apa, agaknya musik heavy metal jenis ini bisa menjaga diri agar tak terlelap...hihihi

...
So understand
Dont waste your time always
Searching for those wasted years
Face up... make your stand
And realise youre living in the golden years
...

Well...Banjarmasin kali ini adalah kota tujuan. Sedikit refresh setelah berkutat 6 bulan di Jakarta dengan segala pernak-perniknya...

Friday, February 27, 2009

Answerlieswithin

...

You've got the future on your side
You're gonna be fine now
I know whatever you decide
You're gonna shine

...

(Dream Theater - The Answer Lies Within)

Monday, February 23, 2009

Terdepan dan Terluar

Di media massa lagi ramai berita soal pulau kita yang diklaim oleh negara asing. Kali ini Miangas, pulau paling utara dari Sulawesi dan jadi penentu garis batas Indonesia dengan Filipina, belakangan bakal di klaim sama Filipina. Entah dari mana asal-usulnya, Filipina bisa mengklaim Miangas sebagai bagian dari wilayahnya. Tampaknya negara-negara tetangga terdekat perlu di ajak bicara soal klaim batas wilayah negara.

Bukan kali ini saja wilayah Indonesia di klaim oleh negara asing. Yang paling menghebohkan adalah lepasnya Sipadan-Ligitan yang jatuh ke pelukan Malaysia, setalah melalui proses panjang nan melelahkan. Berganti tiga rezim hingga sampai ke mahkamah internasional di Den Haag, Belanda. Belum lagi nanti muncul masalah penentuan garis batas Indonesia Singapura karena pulau Nipah sebagai titik tolak pengukuran batas telah tenggelam. Karena apa? Karena penambangan pasir ilegal berpotensi mengnggelamkan pulau itu. Dan tahukah kemana pasir itu berlabuh? Pasir-pasir itu digunakan pemerintah Singapura untuk mereklamasi pantainya, hingga memperluas wilayah daratannya. Kalau pulau Nipah tenggelam, penentuan garis batas antara Indonesia dengan Singapura akan sedikit bermasalah. Belakangan Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat dan bermartabat, tak punya posisi tawar.

Kalau yang lain mempermasalahkan sisi historis, sejarah, peta-peta kuno, sampai pemanfaatan wilayah pulau tersebut, saya coba menghadirkan melalui istilah. Heran juga kenapa pulau-pulau yang berbatasan langsung dengan negara lain disebut pulau terluar. Kalau terluar, mengikuti aturan bahasa Indonesia ter+luar, maka artinya paling luar. Lah kalau paling luar, wajar saja direbutin negara tetangga. Lha wong secara istilah, kita di Indonesia sudah dibentuk bahwa pulau2 tersebut adalah pulau terluar Indonesia. Artinya bukan bagian dari Indonesia, karena letaknya di luar wilayah Indonesia. Terbayang seperti apa di benak anda ketika membaca headline berita: " Pulau Miangas sebagai pulau terluar Indonesia di Klaim oleh Filipina" dengan "Pulau Miangas sebagai pulau paling luar Indonesia di klaim oleh Filipina"..Saya kok bingung bacanya ya...karena paling luar ya sudah..biarkan saja dia direbutin sama negara tetangga.

Saya pikir istilah terluar sudah saatnya diganti terdepan, yang artinya paling depan. Pulau Miangas, Sabang, Pulau Dana juga Pulau Nipah adalah bagian dari wilayah Indonesia paling DEPAN!!! Bukan paling luar..Ketika bicara paling depan, maka pulau-pulau itulah yang jadi pintu gerbang Indonesia. Tak ada pintu gerbang letaknya paling luar wilayah. Pintu gerbang letaknya paling depan. Entah siapa yang harus memulai, saya bukan ahli bahasa, tetapi penggantian istilah terluar dengan terdepan akan sedikit membuka mata, bahwa pintu gerbang kita itu adalah wilayah yang selama ini terlupakan karena dianggap paling luar, bukan paling depan.

Bayangkan rumah anda. Pintu pagar anda adalah bagian paling depan dari rumah anda. Ketika bagian paling depan itu dirusak orang, anda akan marah khan? Bandingkan dengan menganggap bahwa pintu pagar anda bagian paling luar rumah anda. Mau dirusak, mau ditempeli poster caleg, mau diklaim orang anda tidak peduli, karena letaknya diluar....

Jadi masih berpihak pada terluar atau terdepan? Saya sih memilih terdepan....

Saturday, February 21, 2009

13 Detik

13 Detik

Sebuah video yang saya posting ternyata menyebabkan beragam reaksi...sampai ada kader partai yang mau melaporkan saya ke Menkominfo!! Dengan tegas beliau menulis, KADER P*S yang anti pornografi dan pornoaksi. Waduh, sudah main institusi ternyata dengan menyebut tempat saya bekerja. Ada juga seorang Ibu di Singapura yang keberatan.

Durasi 13 detik itu ternyata tanggapannya warna-warni. Di Videonya sendiri ada dua kawan yang posting komentar yang menurut saya karena isi kepalanya tidak porno ya..biasa saja. Kalau isi kepala sudah porno, mau lihat foto-foto list teman-temannya di fesbuk yang kadang berbikini juga sudah porno. Tapi paling tidak, ini mengingatkan saya bahwa dunia memang warnawarni. Ada yang benar-benar lurus, sok lurus, belok-belok tidak karuan. Bahkan ada yang cuek bebek, stagnan dan sebagainya.

Kalau materi video itu bertendensi porno, saya minta maaf kepada yang ber-isi kepala sudah porno. Kalau materi video itu dianggap lucu-lucuan ya monggo, lha wong ini dunia demokratis kok. Mau berpendapat apa saja sah. Tapi, demi kemaslahatan peserta fesbuk yang bisa saja men-tag postingan tidak karuan, bisa tersebar ke mana saja sampai ujung dunia, bahkan neraka jika saja di sana ada jaringan internet, maka saya putuskan menghapus video 13 detik dari profile fesbuk saya. Bagi yang penasaran mau lihat dimana letak pornonya, silakeun hubungi saya.

Saya tidak merasa diintimidasi loh, kalau ternyata mas GG masih mau melaporkan saya ke menkominfo ya monggo mawon, dan jangan bawa-bawa institusi tempat saya bekerja. Untuk itu saya minta anda menghapus tulisan anda di wall saya karena bisa saya tuntut dalam kasus pencemaran nama baik. Saya sih tidak kasih tenggat waktu 1x24 jam, lha wong saya bukan hansip perumahan yang tugasnya mencari penduduk gelap kok....

Untungnya cuma 13 detik, coba 13 menit atau 13 hari...malang betul nasib kameramen itu....

Friday, February 20, 2009

DIPLOMASI SENYUM ALA HILLARY..

Menjelang sholat jum’at tadi menonton Buletin Siang RCTI, dengan Isyana sebagai news presenternya. Buletin Siang menyediakan satu segmen khusus untuk merayakan keberhasilannya mewawancari Hillary, yang menjadikannya exclusive. Exclusive menjadi sebuah kata dan pencapaian luar biasa bagi media (televisi) ketika bisa menangkap momen dan menghadirkan tokoh-tokoh khusus ke dalam media yang bersangkutan. Bagi persaingan media (televisi), kata exclusive menjadi kata yang sakti, yang bisa menjadikan sebuah media menjadi pemenang (sementara).

Hillary tampil dalam beberapa menit dalam acara Variety Show Dahsyat pada Kamis, 19 Februari 2009. Acara yang membuat RCTI harus menayangkan secara live dari Hotel Four Seasons tempat Hillary dan rombongannya menginap. Dalam wawancara exclusive itu, menurut saya, tidak serta merta membuat RCTI kemudian unggul dalam materi wawancara. Bahkan membuat saya berfikir, kalau cuma mengajak Hillary tertawa dan merayunya untuk bernyanyi, mungkin tak perlu live and exclusive. Toh, dalam wawancara exclusive itu tak ada yang istimewa, baik penanya maupun inti pertanyaannya. Sosok Hillary-lah yang membuatnya istimewa. Pastinya ini karena lobi-lobi tingkat tinggi para petinggi RCTI yang bisa menghadirkan sosok Hillary ke layar RCTI. RCTI sepertinya ingin kembali hadir sebagai televisi pelopor dalam dunia berita. Biasanya sih, kehadiran tokoh penting sekaliber Hillary membuat magnet dan pasti menjadi daftar target nomor satu orang yang harus dihadirkan ke studio, dengan label exclusive.

Apa sih yang membuat RCTI berani melabelkan kata exclusive dalam penayangan wawancara Hillary? Padahal tidak penting-penting banget kehadiran Hillary dalam layar RCTI itu. Toh, materi wawancara yang ditayangkan bukan lah materi yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Namun sekali lagi sosok Hillary lah yang kemudian menjadi penting. Berbeda kalau yang tampil itu Menlu Papua Nugini misalnya. Senyum Hillary di RCTI kemudian direlay oleh dua stasiun televisi besar AS, ABC dan CNBC.

Hillary datang ke Indonesia dengan pendekatan diplomasi berbeda dengan pendahulunya. Sosok Hilary yang ramah semakin menunjukkan arah kebijakan politik luar negeri pemerintahan Obama, yang ingin merangkul segala lapisan dengan meminimalkan kekerasan seperti yang ditampilkan oleh Bush. Makannya dalam kunjugan singkatnya, Hillary menyempatkan diri tersenyum dan tertawa di Dahsyat RCTI, kemudian menyambangi WC dan terpana dengan teknologi biogas hasil kreasi USAID. Sampai menyambangi ibu-ibu yang sedang hamil di Petojo. Tidak ada pembicaraan yang serius, yang diharapkan banyak orang akan menjadi titik balik hubungan AS- Indonesia. Hillary mengobral senyum, dan kali ini tidak ada pengamanan berlebihan seperti saat Rice berkunjung beberapa tahun lalu. Standarnya tetap ada, tapi pemerintahan Obama tidak ingin terlihat paranoid.

Dalam kerangka kunjungan formal antar Negara, tentunya pembicaraan formal dengan Pemerintah Indonesia tetap ada, menyangkut isu-isu dunia internasional, tapi Hillary lebih focus untuk mengkampanyekan isu-isu sentral soal demokrasi dan hak asasi manusia. Terlebih soal perempuan dan Islam di Indonesia yang menurutnya sangat toleran.

Kembali ke soal exclusive….

RCTI telah berhasil menempatkan dirinya pada jajaran media yang bisa menghadirkan tokoh-tokoh sentral dunia. Beberapa waktu lalu, Metro TV berhasil menghadirkan Presiden Iran Ahmadinedjad ke studio Metro TV. Bahkan paling menghebohkan adalah bisa menghadirkan Mayor Alfredo yang dianggap pemberontak oleh Pemerintah TImor Leste ke dalam acara Kick Andy. Atau SCTV yang bisa mewawancari presiden AS George W. Bush di DC. Semuanya atas nama exclusive dan persaingan. Ketika menjadi juara (sementara) dalam persaingan, media tersebut akan selalu dikenang orang.

Namun yang jelas, exclusive itu adalah ketika media lain tidak bisa menembusnya, satu media bisa. Jadi saat Maria Eva dan Mayangsari, juga Sumanto, bahkan mungkin sebentar lagi Ponari, tidak mau berbicara di media lain, tapi ternyata mau muncul di satu media, itu juga exclusive loh….

Tuesday, February 17, 2009

Answerlieswithin

...

Life is short
So learn from your mistakes
And stand behind
The choices that you make

...

(Dream Theater - Answer Lies Within)

Monday, February 16, 2009

Bertanya

Bertanya kepada siapakah ketika hati mulai kembali merekah?
Huh...tak ada yang menjawab!
Seperti semilir angin yang baru saja lewat, terasa
tapi tak bermakna

Kali ini giliran kau bertanya
tentang kami, tanyakan hal yang sama
persis seperti dahulu
meski tak bertatap, tutur itu
terbawa semilir angin yang baru saja lewat, terasa
kembali menggugat

Fiuhh...lelah aku dengan bualan ini
kau hanya ingin bicara denganku
seperti aku ingin bicara denganmu

Thursday, February 12, 2009

Infotainment: Jurnalis atau Pekerja?

Tulisan kali ini bukan mau memperdebatkan soal teoritik masuk ke wilayah mana keberadaan infotainment, tapi hanya sekedar sumbangsaran dan urunrembug saja. Coba memperkaya wacana media. Tapi jangan dianggap tulisan ini nantinya berisi silang pendapat teoritik, pake buku ini buku itu, yang ada malah cuma corat-coret saja.

Begini kawan...
Beberapa waktu lalu mengikuti Konferta AJI Jakarta, seorang peserta dari Dewan Pers ditengah-tengah pembahasan tentang ketua umum AJI tiba-tiba sedikit mengalihkan topik bahasan. Beliau (aduh, lupa saya namanya...) mengemukakan bahwa (kira-kira begini yang saya tangkap) teman-teman infotainment itu bukan bagian dari jurnalis, wartawan atau pers. Pekerja Infotainment, bekerja bukan pada redaksi atau news room milik lembaga penyiaran berijin (televisi maksudnya). Mereka bukan bagian dari pers karena bekerja pada Production House, dan PH itulah yang memproduksi tayangan tetapi tidak memiliki ijin prinsip siaran. Jadi pendek kata, wartawan (?) infotainment bukanlah merupakan bagian dari pers, dan hasil kerjanya bukan disebut produk pers.

Nah, pendapat beliau saya amini, karena sampai sekarang saya keukeuh memegang teguh prinsip bahwa peliput infotainment bukanlah wartawan ataupun jurnalis, tetapi pekerja. Entah ini benar atau tidak, saya juga tidak mengerti. Tapi saya lebih senang menyebut temen-teman di sana dengan sebutan pekerja ketimbang wartawan. Sampai pada satu titik mencerna satu pemahaman, bahwa kawan-kawan yang bekerja pada PH dan bukan lembaga penyiaran yang memiliki ijin siaran bukan lah bagian dari pers dan dunianya.

Liputan dan karya jurnalistik dalam bidang hiburan memang ada, duduk sama sejajar dengan liputan politik, olahraga, kuliner dan sebagainya. Pada media-media cetak mainstream, ada yang namanya desk hiburan. Di desk itulah para wartawan bekerja memburu berita mengenai hiburan. Tidak sekedar bekerja memenuhi tenggat liputan, tetapi kalangan jurnalis (wartawan) pasti mengerti adanya kode etik dalam liputan dan cover both side. Namun yang saya lihat di lapangan, teman-teman infotainment seringkali melanggar kode etik jurnalistik dalam tugas liputannya dengan alasan dan atas nama dateline. Semua media punya dateline, tapi tetap mengedepankan cerita yang berimbang. Karena itu, teman-teman infotainment saya sebut pekerja, karena hanya bekerja memenuhi tenggat waktu yang diberikan kantornya (redaksi??)

Sampai disini pertanyaannya adalah:
Apakah kawan-kawan yang melakukan tugas jurnalistik di desk hiburan sebuah media bisa disejajarkan dengan infotainment?

Mbak Sirkit Syah melalui milis NaratamaTV menjawab Bukan! Mereka tetap wartawan, tapi wartawan bidang hiburan. Istilah "infotainment" ini khas, mengacu pada program yang kental nuansa hiburannya, meskipun berisi informasi, dan ditayangkan televisi. Toh informasinya melulu tentang dunia hiburan. (Tapi aneh juga ada infotainment yang meliput kasus-kasus korupsi dan kriminal). Informasi ini saking berisi hiburan, akhirnya juga nyerempet gosip cinta-cintaan, perselingkuhan dan perceraian. Di Infotainment, tiga hal ini jadi sajian utama. Bandingkan dengan tulisan pada halaman hiburan media cetak, Kompas, misalnya. Soal liputan kasus kriminal juga yang penting menyangkut artis sebagai publik figur. Sementara anggota DPR yang korupsi menurut infotainment bukan bagian dari publik figur...

Bingung? Sama..saya juga...

Belum bisa lepas dari bingung, ada lagi pertanyaannya berkaitan dengan awak PH dan redaksi atau news room...

Soal bukan bekerja pada news room tapi pada PH..bagaimana dengan teman-teman di News agency dan PH yang bikin tayangan dokumenter, apakah bisa disebut jurnalis? Atau teman-teman di PH yang bikin tayangan berita untuk televisi dan media mainstream apakah masuk dalam kategori jurnalis?

Ada yang bisa menjawab?

Alangkah naif sekali misalnya ketika kita juga mempertanyakan konsistensi teman-teman awak redaksi dari sebuah news agency, yang mereka tidak memiliki lembaga penyiaran, tapi melakukan tugas jurnalistik dan menjualnya kepada stasiun televisi. Atau sebuah PH yang membuat tayangan untuk National Geographic Channel, tapi bukan bagian dari jurnalistik. Padahal esensinya news adalah, menurut salah seorang guru jurnalistik di kantor saya, berikan fakta. News is based on fact!! Apa yang dibuat dan ditayangkan oleh NGC, Discovery Channel, film-film dokumenter yang dibuat oleh PH, acara berita televisi yang dibuat PH adalah news. Oleh karena itu produknya adalah produk jurnalistik dan yang membuat disebut jurnalis.

Tenang...tenang....ini masih bisa diperdebatkan kok...

Kalau teman-teman PH yang masuk dalam kategori ini bisa dikategorikan ke dalam jurnalis, kenapa infotainment tidak?

Jawaban sederhana saya bilang mungkin lebih kepada kode etik dan karya yang di tampilkan yang memenuhi kaidah jurnalistik. Selama teman-teman infotainment bekerja menurut kode etik dan kaidah jurnalistik, yang liputan bisa dibilang jurnalis atau wartawan. Salah satu poin pentingnya adalah sampaikan fakta dan cover both side. Lantas dalam tugasnya patuhi betul kode etik jurnalistik. Nah gambaran infotainment (media cetak maupun elektronik) sekarang ini apakah sudah sesuai dengan kode etik dan kaidah jurnalistik? Kalau sudah sepertinya bisa dimasukkan ke dalam kategori jurnalis, tapi kalau belum (seperti yang terjadi sekarang) maka saya akan masih setia menyebut mereka pekerja infotainment, karena mereka masih sekedar pekerja....

Saya tidak mengerti betul soal terminologi dan filosofi jurnalis dan jurnalistik, jadi kalau ada tanggapan..silakan....

Wednesday, February 11, 2009

Dingin

Sudah sejak dari subuh di lantaitiga...Semakin lama semakin dingin sepertinya AC ruangan di tiap lantai di kantor ini. Tak manusiawi!! Melindungi mesin-mesin editing dan peralatan siaran dari panas berlebih, tapi tak melindungi pekerja. Dan tiap pagi, tiap hari selalu saja kedingingan di lantai ini.

Menunggu kawan-kawan yang akan melakukan taping, yang entah datangnya jam berapa, aku berusaha merasa hangat. Sedikit dengan secangkir kopi dan Bruce Dickienson berteriak di headphone...

...
Love is a razor and I walked the line
On that silver blade
Slept in the dust with his daughter
Her eyes red with
The slaughter of innocence
But I will pray for her
I will call her name out loud
I would bleed for her
I only I could see her now
...
(Iron Maiden - The Evil That Man Do)

Thursday, February 05, 2009

FACEBOOK - Sampai Dengan DELETE Memisahkan Kita !

Ini dikutip dari tulisan Mang Ucup di milis mediacare...
Saya hanya mengutip saja, hak cipta dan hak penyebaran ada pada mang ucup...
Terima kasih...

Nama Mang Ucup berikut foto smooth-nya telah tertayang di Facebook. Abrakadabra bimsalabim.. .sontak hanya dalam jangka waktu tiga minggu saja, sudah bisa mempunyai sahabat baru lebih dari 375 orang. Apakah dengan kuasa menambah stok 375 rekan baru ini berarti sesuatu hal yang patut dibangga-banggakan kepada publik and all everybody. Karena memiliki sahabat yang kian berjibun banyaknya, bukankah sebuah pencapaian prestasi nyata? Mungkin karena dilanda perasaan narcisi kali ya. Memang tidak bisa dipungkiri lagi, kini Anak-anak Baru Gedhe (ABG) saling berlomba-lomba, sepak sana, terjang situ; demi memperebutkan siapa yang memiliki sahabat paling banyak, paling
caem, terganteng ataupun paling cantik di Facebook

Facebook adalah sebuah web jaringan sosial atau bahasa akompleksnya tempat mejeng, berhaha-hihi, berlenggokkanan berlenggangkiri- -yang paling banyak dikunjungi dewasa ini. Berdasarkan statistik ter-up date yang ada, rata-rata setiap anggota (member) Facebook mempunyai sedikitnya 100 sahabat. Jumlah anggota Facebook awal tahun 2009 ini saja sudah mencapai lebih dari 150 juta jiwa. Dus fantastisnya, setiap hari jumlah itu kian menggelembung bertambah banyak sekitar 600 ribu anggota baru. Konon kabarnya, apabila nama Anda tidak tercantum di Facebook itu sama dengan "U are nobody". Yang bila benar itu adanya, berarti itu bisa menihilkan aforisma terkenal yang
pernah dikoar-koarkan oleh filsuf Yunani Decartes (baca: Deca) pada abad Eropa klasik dengan perkataannya: "cognito ergo sum" yang berarti: "saya ada, karena saya di Facebook".

Singkat cerita wabil esensinya, sabahat adalah tempat di mana kita bisa berbagi suka dan duka maupun tempat curhat. Bahwa setiap orang membutuhkan sahabat, itu sebuah keniscayaan. Hanya sayangnya, kebanyakan manusia sekarang ini--mungkin karena terlanjur hidup serba hedonis, individualis dan narcisi serta cenderung amoralis--
tidak memiliki banyak waktu lagi untuk menjalin persahabatan (friendship) , persekutuan dalam artian lebih luas. Maka Anda tidak perlu terheran-heran apabila di Eropa sana menjamur bisnis yang menawarkan jasa "Rent a Friend".

Cermati jeli fenomena budaya di masa kontemporer ini. Kita lebih senang mencari sahabat secara instan layaknya membikin mie seduh, bisa melalui Facebook, Friendster, MySpace dan banyak lagi. Memang mudah dan murah, hanya dengan satu keterampilan meng-Klik saja, Anda sudah bisa mendapatkan seorang sahabat yang jauh domisilinya di
tengah lautan Atlantik sana. Sama seperti juga bunga, buat apa susah- susah menanam bunga; lebih baik beli atau tinggal petik saja. Banyak orang menduga bahwa Facebook, Friendster itu adalah situs hanya untuk para ABG mejeng.

Tetapi kenyataannya ini tidak benar. Berdasarkan data valid demografi yang pernah dipublikasikan oleh Facebook; nyatanya anggota terbanyak dan teraktif adalah mereka yang usianya sudah di atas kepala tiga, 30 tahun. Maklum mulai dari usia inilah yang paling banyak merasa kesepian. Rekan-rekan seusia mereka sudah sibuk dengan
dunia mereka masing-masing, keluarga masing-masing; sehingga tak ada waktu luang untuk berbagi, sharing sekedar ber-say Hello dengan teman kampung semasa masih muda dulu.

Apakah sahabat yang didapatkan melalui internet atau Facebook ini bisa diposisi sejajarkan sebagai seorang sahabat benaran ataukah lebih tepatnya hanya sebagai kenalan sekilas pandang saja. Sebab dalam ikatan persahabatan model Facebook itu tidak melibatkan faktor emosional.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa persahabatan itu sama saja seperti juga tanaman yang membutuhkan pemeliharaan. Artinya perlu diberikan pupuk, disiram setiap hari agar bisa tumbuh dengan baik. Tetapi dengan jumlah kenalan yang sedemikian banyaknya seperti ala Facebook, Friendster itu membikin Anda tidak mungkin melakukan proses-proses pemupukan kasih sayang, penyiraman air cinta kasih pada seluruh teman Anda tersebut.

Soalnya sederhana saja, Anda tidak punya banyak waktu untuk melakukannnya secara intensif, juga teman-teman dunia maya Anda tadi. Berbeda hal dengan pertemanan di darat yang terjalin secara alamiah, natural dan tidak terkesan dibuat-buat; menjadikan ikatan batin model persahabatan sejati inilah yang membikin mesra dan indahnya hidup di dunia ini.

Tetapi bagi saya pribadi, kenalan atau sahabat di Facebook pun sama nilainya seperti para sahabat lainnya, kenapa bisa demikian? Mereka telah menghargai saya di mana mereka mau meluangkan waktunya khusus untuk berkenalan dengan saya. Tidakkah itu berarti ia telah mengorbankan sesuatu yang paling berharga miliknya ialah "WAKTU"
walaupun mungkin ini hanya beberapa detik sekalipun.

Melalui persahabatan atau kenalan di Facebook tersebut membuktikan bahwa mereka mau menerima saya sebagai sahabat, rekan yang berdiri sejajar, duduk sama rendah. Hal ini tidak mungkin didorong tanpa adanya rasa simpati, empati sosial ataupun perasaan senang terhadap diri saya. Bahkan dari koordinat pertemanan Facebook itu juga, saya
bisa menilai bahwa hasil coret-coretan saya selama ini ternyata tidak sia-sia atau sirna begitu saja. Hal ini bagi saya, sesungguhnya merupakan anugerah atau berkat yang dapat memantikkan spirit memotivasi saya untuk terus-menerus menulis di manapun dan
kapanpun juga.

Persahabatan (Friendship) adalah satu kata sakral yang bisa menembus-nembus dimensi ruang maupun triomensi waktu serta tetralogi kosmos; walaupun jarak memisahkan Anda; tetaplah pertahankan kata "persa-'Friendship' -habatan" itu. Sebab ia adalah putera makhkota kehidupan mensejati yang harus tetap terjaga koeksistensinya dari masa ke
masa, zaman ke zaman; hingga hari kiamat kubro nanti datang.

He..he..maukah Anda bersahabat dengan Mang Ucup, walaupun hanya di Facebook sekalipun juga? Daripada cari racun rent a friend, mendingan pilih madu-racunnya Facebook karena masih berprobabilitas besar peroleh segelas madu rendesvous persahabatan. Maukah? Kalau nanti udah bosan tinggal Klik "DELETE" azah untuk perceraian dalam Facebook ini!

Salam persahabatan dengan sepasang jabat tangan tererat yang terindah

Mang Ucup
Facebook
Emal: mang.ucupgmail.com



Kalau di dunia nyata 'till death do us apart, di dunia maya (yang dijadikan nyata) Till deleted on facebook do us apart...


Quote of the day...

...
Can I play with madness? there's no vision there at all.
Is it all just wasted time?
Can you live with yourself, when you think of what you left behind.

...

Friday, January 30, 2009

Tentang Biru

...

Semua sudah di gariskan
Semua sudah ditetapkan
Semua karena Engkau
Sang Maha Pemberi Karunia
Untuk itu aku sangat bersyukur kepada-Mu
Karena hari ini aku tak lagi menjejak angan-angan suram, yang
pernah kulukiskan pada gumpalan putih di langit sana

Semua menjadi biru, dan
cerah! Matahari tetap bersinar, kadang hujan datang
mengetuk dan menyapa tanah
Untuk itu aku akan selalu bersyukur kepada-Mu
Karena Engkau berikan aku kekuatan untuk
kembali melukis cita-cita baru, yang
akan terbawa angin sampai ke pucuk dunia

Aku bersyukur karena Engkau telah berikan kesempatan
kepadaku untuk dia
Terima kasih kepadamu karena
telah mengajarkan aku tentang hidup, cinta,
kasih sayang, isak, harubiru
Juga tentang masa depan...

Ah...
Kita selalu tentukan garisnya
Tapi Engkau tentukan arahnya

Malam ini aku bersyukur
karena aku tak harus kembali bertempur
karena aku tak (ingin) memiliki musuh


Tuesday, January 27, 2009

Janji

Kau punya janji

bukan denganku

tapi dengan Tuhan mu

Dan Tuhan mu adalah juga Tuhan ku

Apakah Dia memilihku untuk mengingatkanmu?

Friday, January 16, 2009

.....Curious...

...

I see you standing
Standing on your own
It's such a lonely place for you
For you to be
If you need a shoulder
Or if you need a friend
I'll bee here standing
Until the bitter end
....

Damn!!!...Yes, i only wanna be with you...But you just standing there...and i can't reach you..

Katanya sich begitu....

Iseng-iseng ajah..begitu gak si gua menurut kalian?

http://www.flarn.com/~warlock/tarot/dragon/2.jpg">>

You are The High Priestess


Science, Wisdom, Knowledge, Education.


The High Priestess is the card of knowledge, instinctual, supernatural, secret knowledge. She holds scrolls of arcane information that she might, or might not reveal to you. The moon crown on her head as well as the crescent by her foot indicates her willingness to illuminate what you otherwise might not see, reveal the secrets you need to know. The High Priestess is also associated with the moon however and can also indicate change or fluxuation, particularily when it comes to your moods.


What Tarot Card are You?
Take">http://www.flarn.com/~warlock/tarot">Take the Test to Find Out.


Thursday, January 15, 2009

Roll....

Tadi malam pengumuman rollingan program di kantor. Momen yang di tunggu setiap 6 bulan sekali. Menimbulkan harapan, sekaligus ketidak senangan. Kok bisa??

Well...aku masih berkutat di program lama, sebuah program yang bertentangan dengan idealisme berita yang ku pahami. Bahwa tayangan yang ku buat bukan berita mainstream, itu jelas, tetapi apakah harus mengorbankan idealisme? Aku benar-benar tak paham kali ini ada apa dengan punggawa news.

Mau keluh ya sama siapa? Mau komplain sama siapa? Toh kalau pun diterima segala kesah apakah akan merubah hasil yang tertempel di kertas itu?

Yahh...ini harus dijalani, meski biar bagaimanapun hati ini tidak pernah bisa menerima keberadaan program tayangan seperti ini, yang tidak berdasar fakta. Fakta? Jelas lah! Ini Divisi Pemberitaan yang semestinya based on fact bukan based on script seperti teman-teman di Produksi....

Namanya juga bawahan...meski embel-embel News Cameraperson, kadang beberapa menyebutnya juga bagian dari profesi Journalist, tapi aku tidak bisa lari dari kenyataan bahwa aku dan juga teman-teman lain adalah bagian dari Industri Media yang membabibuta dalam persaingan. Kadang tak ada etika, mereka cuma punya satu bahasa: Rating - Share ala Nielsen. Dan bawahan ini akan selalu di ombang-ambingkan...siap di perintahkan apa saja dimana saja. Biar bagaimanapun, kita juga bagian dari buruh, kawan...

Tuesday, January 06, 2009

Garisku (tak) Menuju padamu

Bernafaslah kawan...

sementara aku di sini menanti udara

Hiruplah rasa nyaman itu

sementara aku disini merasakan ragunya...

Segarkan paru-parumu

sementara aku disini terhenyak sesak melawan jengahku...

Nikmatilah dulu selagi kau mampu, sebab

sang waktu bisa sangat keji menyitanya, sebab

sulit berdamai dengan kenyataan, ketika

kau terhempas ke ruang hampa, setelah

di terbangkan ke pucuk dunia, dimana

kau bisa melihat semuanya dengan jelas.

Dunia dan semesta isinya...

Haruskah aku berlutut dan memohon

untuk semua mimpi-mimpi yang kuangankan

untuk semua pesan-pesan yang ku goreskan pada awan

untuk semua keinginan akan sekian kenyataan

untuk kemenangan hati dan jiwa...

Bolehkah aku menunggu, jika

Penguasa Ragawi tak mengijinkan

Bolehkah aku berharap, ketika

detik itu tak berpihak...

Bolehkah keinginan itu mengendap di kepala, andaikata

aku tak terkena lupa

Sejuta pertanyaan dan sejuta keinginan

Hanya satu ketukan palu keputusan

Kita tentukan garisnya

Dia tentukan arahnya

dan aku

masih menunggu disini

untuk sekedar bernafas...

Thursday, January 01, 2009

Will you...?

Dua kata ini terngiang dalam otak ketika secara tak sengaja kembali membaca salah satu tulisan di facebook ini. Hehehe..tak ada pretensi serius akibat pertanyaan ini..tetapi hanya sedikit menggelitik hati..Akan banyak tafsiran di sana, sehingga membuat pikiran si pembaca, anda juga saya, melayang-layang tak keruan. Membayangkan banyak hal, mulai dari yang menyenangkan sampai yang tidak diinginkan...

"Will you...?" menjadi salah satu kalimat pembuka saya di Tahun 2009 ini. Ada segudang cita-cita dan tujuan akhir disana. Ada rasa optimisme ketika mengucapkannya, sekaligus kekhawatiran akan kenyataannya. Tetapi inilah pilihan, dan kita hanya diperkenankan mengambil satu dari jutaan kemungkinan yang ada. Dan semoga jatuhnya palu keputusan itu adalah yang terbaik bagi saya, dan juga bagi kita semua.

Secara umum tidak ada resolusi yang membabibuta kali ini. Hanya saja puncaknya itu tadi "Will you...?". Semoga dari jutaan dan milyaran harapan yang terbangun mulai hari ini, ada satu saja yang di kabulkan Tuhan. Kita masih punya 354 hari kedepan untuk melihat kenyataannya. Waktulah yang akan menjawab setiap perjalanan tanya dan harap. Bagi saya, yang paling penting adalah Tuhan akan memberi kesempatan (kedua) meski rasanya tak akan sama.

So, will you...?