Selamat Datang...

...tolong bangunkan aku esok pagi...

Tuesday, April 22, 2008

Penjara bagi Orang yang Tidak Belajar

Ini dari Koran SINDO edisi Senin, 14 April 2008. Diakses dari sini

BEKASI(SINDO) – Pemkot Bekasi bakal memberlakukan jam malam bagi seluruh pelajar tingkat SD–SMA.

Kebijakan ini dinilai mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Wali Kota Bekasi Mochtar Mohamad mengatakan,kebijakan memberlakukan jam malam ini dinamakan Pemberlakuan Jam Belajar di Lingkungan Keluarga.Pada saat pemberlakuanjammalam, seluruh pelajar di kota ini diwajibkan belajar di rumah masing-masing mulai pukul 19.00-21.00 WIB.

Untuk memantapkan kebijakan ini, Mochtar segera memanggil dinas terkait.“Dari hari apa hingga hari apa masih kami kaji, tapi yang jelas mereka wajib belajar pada jam yang telah ditentukan,” ujar Mochtar,kemarin. Menurut Mochtar, pemberlakuan jam belajar ini rencananya dilaksanakan pada 2 Mei mendatang, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional.

”Kebijakan ini kami akan perkuat dengan surat keputusan wali kota,”tegasnya. Dia mengakui, pemberlakuan jam belajar ini sangat wajar dilakukan karena sebelumnya pemkot telah mengeluarkan kebijakan menggratiskan biaya pendidikan di tingkat SD,SMP dan SMA negeri.

“Kalau sekolah sudah gratis, tentunya mereka harus giat belajar sebagai timbal balik yang kami lakukan,”katanya. Mochtar menjelaskan, bila pemberlakuan jam belajar ini telah berjalan, tidak ada alasan bagi pelajar Kota Bekasi untuk ke luar rumah.Bila ini dilanggar, mereka akan mendapatkan sanksi berat.

Salah satunya adalah memindahkanmerekake sekolah swasta jika pelajar yang bersangkutan berada di sekolah negeri.“Selain ke sekolah,kebijakan ini bakal disosialisasikan kepada camat, lurah, ketua RW dan RT,”ucapnya. Untuk memonitoring pelaksanaan program itu,pihaknya akan mengerahkan petugas Satpol PP untuk menggelar razia di beberapa lokasi termasuk pusat perbelanjaan dan keramaian.

Ketua Komisi D DPRD Kota Bekasi Zubaidi Asnan mendukung kebijakan pemberlakuan jam wajib belajar bagi pelajar.Menurut dia, dengan kebijakan ini diharapkan membantu kualitas pendidikan di kota ini. “Kami sangat mendukung, bila perlu Wali Kota harus membuat payung hukum agar kebijakan ini berjalan efektif,”ucapnya.

Di tempat terpisah,Pemkot Bogor tidak memiliki rencana memberlakukan jam malam terhadap pelajar. Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor Bambang Gunawan Suganda menegaskan,kebijakan Pemkot Bekasi menerapkan kewajiban tidak ke luar malam terhadap siswa tidak akan diikuti. “Pemkot Bogor cukup dengan menjalankan peraturan di sekolah masing-masing dan meningkatkan kesadaran siswa.” jelas Bambang. (wahab firmansyah/ haryudi)

Aku jadi ingat, model jam malam macam ini dulu pernah ada juga di Jogja. Kota Pelajar ini juga menerapkan Jam Malam bagi siswa dan mahasiswa untuk belajar. Waktunya pun sama, jam 19.00 WIB sampai 21.00 WIB. Di berbagai tempat kos malah lebih saklek lagi. Jika kita bertamu ke tempat kos seorang teman, seringkali harus lapor ke Hansip setempat dengan alasan belajar. Nah, kalo lewat lebih dari jam 9 malam, sang Hansip dengan sigap akan mendatangi tempat kos dan mengingatkan kalau waktunya sudah habis.

Dulu sih untuk menekan angka pergaulan bebas dan menjadikan Jogja Kota Pelajar seutuhnya. Tapi tetap saja tak ada perubahan berarti. Yang mau belajar tanpa disuruh, tanpa paksaan, tanpa Perda ini-itu, juga akan tetap belajar. Yang malas belajar juga banyak, lebih sering nemplok di warnet-warnet dan game center yang banyak di sekitaran Jogja. Apa yang dilakukan mereka? Entahlah...Yang pasti, dari kabar yang ku dengar, Jogja menjadi kota nomor satu untuk kejahatan internet. Ada lagi yang lebih senang keluyuran dan ngangkring berbagai tempat. Warung angkringan adalah tempat paling favorit bagi warga Jogja untuk nongkrong, ngobrol ngalor ngidul. Paling beruntung, ya, kalau ngobrolnya bener. Diskusi soal budaya, sosial politik, sampai sepakbola paling enak di warung angkringan ditemani kopi panas dan sate usus. Kalau tidak, ya, berlanjut ke sekitaran Malioboro menikmati Lapen.

Pendidikan memang menjadi hajat hidup orang banyak di republik ini. Tingkat pendidikan termasuk yang paling rendah di Asia. Tingkat melek huruf tidak bisa dibanggakan, biaya mahal membuat orang tidak mampu menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Dengan rendahnya tingkat pendidikan, tak heran kalau pengangguran di Indonesia semakin berlipat.

H. Mochtar Muhammad alias Babe M2 (eM Two) dalam kampanyenya waktu Pilkada Kota Bekasi berjanji menerapkan pendidikan gratis dari berbagai tingkat pendidikan. Mulai dari TK sampai, paling tidak, SMU. M2 tampaknya tidak ingin usahanya sia-sia. Mosok pendidikan sudah gratis, tapi kualitas malah jeblok. Begitu kira-kira pemikirannya. Untuk itu di rencanakanlah kewajiban jam malam untuk belajar. Efektifkah?

Rencana adanya jam belajar ini menurutku adalah salah satu ide yang paling aneh, dan memang pejabat Indonesia suka membuat kebijakan yang aneh-aneh. Bisakah seorang anak didik dipaksa belajar? Tidak bisa!!! Ada aspek psikologis yang mesti diperhatikan. Dengan jam belajar di sekolah yang sangat ketat, mulai dari pagi hingga sore hari, membuat anak didik kehilangan aspek sosial dan menurunnya tingkat kepedulian pada lingkungan sekitar. Ditambah lagi dengan tuntutan akan nilai yang tinggi, anak didik akan sangat terbebani, jika tidak mencapai angka nilai yang menjadi standar, anak akan malu kepada kawan-kawannya hingga bisa saja menderita stress berat.

Dengan standar nilai yang tinggi saja anak didik sudah dengan sendirinya belajar keras. Dan itu kurasa sudah sangat berat. Ku akui, menjadi siswa di jaman sekarang sangat berat dan kadang di luar akal dan batas psikologis yang bisa di tanggung siswa tersebut. Tekanan bertambah dengan tuntutan orang tua dan lingkungan. Pada akhirnya, anak didik akan semakin terbebani dan terpaku pada pelajaran saja sehingga melupakan lingkungan sekitar (social life).

Pendidikan menurutku banyak pihak yang terlibat. Dimulai dari peran orang tua di rumah, lalu sekolah. Orang tua mengawasi dan menuntun proses belajar mengajar di rumah, sedangkan di sekolah yang berperan adalah guru dan kepala sekolah. Pemerintah sudah seharusnya memberikan akses dan fasilitas pendidikan yang memadai bagi peserta didik, bukan lagi menjadi bagian dari kampanye Pilkada!! Bullshit itu kalau ada calon yang kampanye pendidikan gratis. Dua institusi pengawas saja (orang tua dan sekolah) anak didik sudah kewalahan, ini masih di tambah oleh Satpol PP. Aneh....

Sudah kekurangan kerjaan sepertinya Satpol PP itu, sampai-sampai harus mengawasi dan memaksa orang untuk belajar. Lantas apa sanksinya bagi pelanggar? Penjara, denda atau pencabutan fasilitas? Tentunya jika ini yang dijalankan, bukan malah membuat anak didik semangat untuk belajar, tapi malah tertekan. Belajar bukan untuk pintar, tetapi karena takut. Ah...apa yang terjadi kalau ada PERDA aneh seperti ini....

(untung gua udah lulus...hehehe...)

Monday, April 21, 2008

CT for President??

Ini diambil dari Kompas Cetak Edisi Sabtu, 19 April 2008
Survei Pengusaha
Saatnya Dipimpin oleh Saudagar
Sabtu, 19 April 2008 | 02:12 WIB

GIANIE

Kalangan pengusaha memandang bangsa ini menghadapi masalah kepemimpinan untuk keluar dari persoalan ekonomi yang seperti benang kusut. Untuk itu, kalangan ini berpendapat, pengambil keputusan atau pemimpin di negeri ini sebaiknya diisi dari kalangan mereka.

Sosok pengusaha dianggap mampu memimpin dan menuntaskan persoalan di negeri ini. Hal ini disampaikan oleh 79,7 persen responden dari kalangan pengusaha yang dijaring opininya oleh Litbang Kompas pada bulan Desember 2007. Sayangnya, keinginan ini terkendala minimnya jumlah pengusaha yang mau terjun ke dunia politik. Setidaknya 60,4 persen responden menyatakan tidak tertarik terjun ke politik saat ini. Lima dari 10 responden bahkan mengaku hingga kini belum ada sosok pengusaha yang tepat atau siap mengemban posisi presiden RI.

Kalangan pengusaha ini menyatakan, meskipun kinerja keseluruhan pemerintahan Presiden Yudhoyono cukup memuaskan (disampaikan oleh 47,5 persen responden), berbagai persoalan di dunia usaha menyebabkan ketidakpuasan mereka terhadap kinerja ekonomi pemerintah (52,5 persen).

Menurut mereka, persoalan utama yang dihadapi Indonesia saat ini lebih pada bidang ekonomi atau dunia usaha. Ini diutarakan oleh 54,8 persen responden. Persoalan selanjutnya barulah menyangkut ketidakpastian hukum (25,7 persen) serta masalah politik (23,3 persen). Persoalan lainnya dengan persentase yang lebih kecil adalah masalah kemiskinan dan pengangguran, sosial budaya, kualitas sumber daya manusia dan pendidikan, serta lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam.

Persoalan dunia usaha yang diutarakan pengusaha memerlukan penanganan yang serius terkait dengan iklim investasi atau iklim usaha yang kurang kondusif, birokrasi perizinan yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi, infrastruktur yang minim, kualitas tenaga kerja yang belum sesuai harapan, perhatian terhadap usaha kecil dan menengah yang minim, jiwa kewirausahaan yang rendah, dan sebagainya.

Padahal, jika persoalan-persoalan ini teratasi, Indonesia akan berkembang dengan kekuatan ekonomi yang kuat karena para pengusaha meyakini Indonesia memiliki peluang investasi yang sangat luas. Hal ini disampaikan oleh mayoritas responden (83,9 persen).

Figur kepemimpinan

Nama-nama yang dianggap paling layak menjadi presiden RI mendatang cukup banyak, namun mengerucut pada satu nama yang sudah dikenal, yakni Jusuf Kalla. Saudagar Sulawesi yang sekarang menjabat sebagai wakil presiden ini berada di posisi pertama pilihan pengusaha dengan persentase terbanyak di antara 35 nama yang muncul (14,2 persen).

Menyusul di posisi kedua adalah Sandiaga S Uno, saat ini Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, yang diajukan oleh 7,3 persen responden. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Muhammad Lutfi dipilih oleh 3,8 persen responden. Selanjutnya, ada Surya Paloh (3,5 persen), Aburizal Bakrie (2,8 persen), Fadel Muhammad (2,5 persen), Chaerul Tanjung dan Siswono Yudo Husodo (masing-masing 1,9 persen).

Selebihnya, 27 nama berbagi 11,8 persen dengan perolehan masing-masing di bawah satu persen. Mereka adalah Mari Elka Pangestu, Kwik Kian Gie, Ciputra, Hutomo Mandala Putra, Bob Sadino, Arifin Panigoro, Rachmat Gobel, Abdullah Gymnastiar, Soetrisno Bachir, dan sebagainya.

Sifat kepribadian

Alasan pengusaha memilih jagoan mereka sebagai calon presiden ternyata tidak semata didasarkan pada kemampuan kewirausahaan atau manajerial yang mendukung kiprah mereka di dunia usaha. Alasan ini berada di urutan keempat yang hanya diajukan oleh 4,1 persen responden. Bukan pula atas alasan kekuatan ekonomi atau modal yang dimiliki pengusaha. Karena alasan ini juga hanya diajukan oleh 3,2 persen responden.

Alasan utama yang mengantarkan seorang pengusaha dianggap layak menjadi presiden RI adalah memiliki sifat-sifat kepribadian (personality traits) seorang pemimpin (13,9 persen). Sifat-sifat kepribadian itu, antara lain tegas, jujur, bijaksana, berani, berkomitmen, adil, memiliki integritas, berkharisma, pragmatis, dan sejenisnya.

Jusuf Kalla, selain karena intelektualitasnya, ia dipilih karena keberanian, sikap tegas, konsistensi, dan selalu mencari solusi. Sandiaga Uno pun demikian, ia diajukan oleh responden selain karena faktor intelektualitas dan usianya yang muda, juga karena dianggap memiliki sifat jujur, tegas, santun, sederhana, dan memiliki jiwa kepemimpinan.

Setelah sifat kepribadian, alasan kedua terbesar adalah pengakuan terhadap pengalaman memimpin yang dimiliki (9,8 persen), baik dalam memimpin bisnis ataupun memimpin organisasi nonbisnis. Alasan selanjutnya adalah intelektualitas (7,9 persen).

Jika ditarik ke tataran tokoh nasional yang lebih beragam, tidak hanya dari kalangan pengusaha, sosok yang dianggap paling layak menjadi presiden RI mendatang adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Ia dipilih oleh 28,2 persen responden pengusaha. Agaknya, meskipun di dalam lingkaran kalangan pengusaha nama Jusuf Kalla paling menonjol, namun di lingkaran ketokohan yang lebih luas masih berada di bawah popularitas Susilo Bambang Yudhoyono. Jusuf Kalla hanya dipilih oleh 4,1 persen responden. Selain kedua tokoh ini, sejumlah nama juga disebut, di antaranya Sultan Hamengku Buwono X (6,6 persen), Amien Rais (4,7 persen), dan Sutiyoso (4,4 persen).
(GIANIE/Litbang Kompas).

Selain itu, dalam survei yang sama, jajaran TransCorp menempatkan pula Satrio Arismunandar sebagai calon dari akademisi meski hanya "meraih" 0.4% suara responden. Meski beliau menganggap itu guyonan, tapi menurut saya mas Satrio masih dipertimbangkan untuk jadi presiden adalah sebuah prestasi besar. Kemampuan dan kapabilitas seorang Satrio Arismunandar masih diperhitungkan di kancah birokrasi.

Atau bersanding saja mas Satrio dengan CT....

Saturday, April 19, 2008

Adik Gua Masuk Koran!!!!

Baru saja sampai dari Palangkaraya. Sebenarnya agenda utama adala melayat keluarga besar Ronny Alventa, seorang kawan yang baru saja kehilangan ibunda. Bersama Mbak Produserku di Jelang siang, Desi Hapsari, berangkatlah kami ke sana. Berhubung atas nama kantor juga, maka kewajiban liputanpun tak luput dari perjalanan kami.

Tulisan pendek ini bukan untuk menceritakan bagaimana liputan selama tiga hari di Kota Tambun Bungai itu. Atau membicarakan panasnya Palangkaraya yang menyengat, lebih panas dari Surabaya atau Makasar sekalipun. Mungkin ada kaitannya dengan gundulnya hutan yang habis ditebang. Cuaca panas Palangkaraya tentunya membuat cuaca Palangkaraya secara keseluruhan tidak stabil. Kadang panas menyengat, tak lama hujan. Hujan pun hanya singgah, panas kembali menyeruak.

Urusan cuaca bisa dibilang tak lepas dari peran Badan Meteorologi dan Geofisika alias BMG. Nah, disini lah cerita ini akan berkembang. Adik perempuanku kebetulan berdinas di BMG Palangkaraya sejak tiga tahun lalu, tepatnya sejak lulus kuliah di Akademi Meteorologi dan Geofisika. AMG menerapkan sistem ikatan dinas, otomatis para lulusannya yang kelak menyandang predikat PNS harus siap ditempatkan dimana saja. Adikku mendapat penugasan di Palangkaraya (entah sampai kapan), dan menjadi satu-satunya peramal cuaca perempuan di Palangkaraya, atau mungkin bahkan se- Kalimantan Tengah. "Prestasi" inilah yang kemudian membuat media cetak lokal tertarik mengangkat profilnya. Meski cuma media lokal, namun media tersebut rupanya sudah "melek" teknologi. Jaringan internet dimanfaatkan untuk memuat edisi cetak ke online. Meski masih sederhana dan kadang tidak ter- update, namun aku penasaran dengan profil adikku ini. Akhirnya, link ke berita tersebut bisa diakses di sini.

Dan ini ceritanya...

Sabtu, 22 Maret 2008
Meski Hari Libur Bekerja, Tetap Senang Laksanakan Tugas
Diyan Novrida, Satu-satunya Forecaster Wanita di Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut
Menjadi satu-satunya forecaster atau prakirawan di Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut bukan hal sulit bagi Diyan Novrida. Lajang berusia 25 tahun ini menekuni pekerjaan yang diembannya penuh tanggung jawab.

ELLEN D, Palangka Raya

DIYAN sedang menginformasikan kondisi cuaca saat Kalteng Pos mendatangi Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut, Jalan Adonis Samad, Minggu (16/3) pagi. Ditemani rekan-rekannya yang bertugas jaga pagi itu, warga Jalan Nyai Balau kompleks perumahan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) ini terlihat sigap menyampaikan data terbaru dari sebuah alat di ruang pemantauan cuaca.

“Saya menjadi forecaster sejak tahun 2005. Senior-senior sangat membantu dalam pekerjaan bila saya perlu bantuan,” ujar Diyan kepada Kalteng Pos di sela-sela menjalankan tugasnya.

Lulusan Diploma Tiga (D3) Akademi Meteorologi dan Geofisika (AMG) Jakarta ini mengatakan, menjadi seorang prakirawan adalah keinginannya sejak tamat sekolah menengah atas (SMA) tahun 2001. Sebab, ucap putri pasangan suami istri (pasutri) Suyono (54) dan Tri Rahayu (49) ini, dunia meteorologi begitu menyenangkan untuk dipelajari. Karena itu, meskipun harus tetap bekerja pada hari libur, ia menjalaninya dengan senang.

Alasan lainnya, terang Diyan, setelah menamatkan pendidikan selama tiga tahun di AMG, lulusan langsung ditempatkan di mana saja di seluruh Indonesia. Dalam arti, sudah bisa bekerja dan menghasilkan uang untuk keperluan hidup.

“Karena tertarik, saya lalu mendaftar sebagai peserta tes menjadi calon mahasiswa AMG setelah lulus di SMAN-4 Bekasi tahun 2001. Bekasi termasuk region Jakarta dan peserta tes saat itu sebanyak 600 orang. Saya saat itu harus mengikuti tes tertulis untuk tiga mata pelajaran, yaitu Fisika, Matematika dan Bahasa Inggris. Kemudian, menjalani tes kesehatan dan terakhir interview (wawancara),” jelas tamatan SDN Bekasi Baru I ini.

Menurutnya, memang ada rasa pesimis pada dirinya saat mendaftar tes masuk AMG Jakarta. Sebab, yang berhasil lolos hanya beberapa orang dari ratusan bahkan ribuan yang mengikuti. Karena itulah, Diyan sempat mendaftar ke perguruan tinggi. Namun, itu sekadar mendaftar, ia tak sempat mengikuti seleksi masuk universitas. Pasalnya, seleksi universitas berbenturan dengan tes masuk AMG.

Otomatis lulusan SMPN-2 Bekasi ini harus memantapkan langkahnya. Ia lebih memilih mengikuti tes di AMG dengan risiko tak lolos dan berkonsekuensi tak kuliah selama setahun.

Perjuangan Diyan tak sia-sia. Ia berhasil lolos semua seleksi yang dilaksanakan AMG. “Sampai terakhir, dari 600 peserta untuk region Jakarta, ada 19 orang yang lulus termasuk saya. Dari 19 orang tersebut, tiga orang adalah perempuan,” jelas perempuan yang masih lajang ini.

Melihat namanya terpampang di pengumuman, Diyan mengaku senang tak terkira. Sebab, ia berhasil mengalahkan 581 peserta lainnya yang tak lolos seleksi. Dalam hatinya, ia memantapkan diri untuk lulus tepat waktu. “AMG menggunakan sistem DO (drop out) dan indeks prestasi (IP) tiap semester harus memenuhi standar. Sewaktu angkatan saya (2001), IP minimal 2,75. Karena itulah, saya tak ingin menyia-nyiakan keberhasilan lolos seleksi,” tuturnya.

Tepat tiga tahun, Diyan lulus. Ia kemudian mendapatkan surat keputusan (SK) bertugas di Palangka Raya. Menurut Diyan, tak pernah sekalipun ia menginjakkan kaki di Kota CANTIK – motto Palangka Raya.

“Kayaknya seru juga bertugas di daerah yang belum dikunjungi. Karena itu, saya dengan senang hati bekerja sebagai forecaster di Palangka Raya. Awalnya memang merasakan perbedaan saat baru datang. Bekasi rame, di sini sunyi. Tapi, lama-lama saya terbiasa. Begitu juga dengan tugas saat libur, tetap dijalani dengan senang hati. Sebab, kami tetap mendapatkan cuti selama 12 hari dalam setahun. Saat itulah saya bisa pulang ke kampung halaman,” jelasnya.

Mengenai pekerjaan sebagai prakirawan, menurutnya petugas di Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut bekerja 24 jam. Namun, masing-masing orang bekerja berdasarkan shift tiap enam jam sekali. Jadi, ia tetap bisa jalan-jalan setelah bekerja.

“Kendala kami di sini adalah minimnya pos pemantau cuaca di Kalteng yang luasnya 1,5 kali Pulau Jawa. Karena itu, kalau bisa pemerintah kabupaten dan kota se-Kalteng bisa membantu dengan mendirikan automatic weather station (AWS). Dari alat tersebut, data bisa dikirim secara telematri meskipun berjarak jauh. Itu sangat membantu dalam pendataan kondisi cuaca,” katanya. (*)


Jadi "selebritis" lokal deh....


Sunday, April 13, 2008

Liga Inggris (2)

Akhirnya, episode Liga Inggris memasuki tahap akhir. Biarpun pertandingan klub-klub besar Liga Primer Inggris tak bisa dinikmati secara gratis, penonton dan pecandu bola masih tetap bisa menikmati sajian atraktif dari klub-klub Liga Inggris. Tiga dari empat semifinalis UEFA Champion League 2007/2008 adalah klub dari dataran Inggris. Liverpool akan menantang Chelsea yang tahun sebelumnya ditumbangkan, sementara MU akan berhadapan dengan Barcelona. Menarik untuk diikuti, apakah Barcelona akan meneruskan jejak AC Milan yang menjadi juara saat dikepung tim-tim dari Inggris?

Bisa dibilang bahwa semifinal UEFA Champions League kali ini (juga tahun lalu) adalah mini Liga Inggris yang bisa dinikmati secara gratis. Ironisnya, pemegang lisensi penayangan Liga Inggris di Indonesia, ASTRO TV, mendadak di bekukan ijin siarannya. Dengan adanya pembekuan ijin siaran, dapat dipastikan bahwa Big Match Super Sunday antara MU versus Arsenal malam ini tidak dapat dinikmati oleh pemirsanya (termasuk saya ). Astro menurut kabarnya dibekukan karena 4 hal: Ijin Siaran radio (ISR), BHP frekuensi, dan ULO (Uji Layak Operasi. Satu hal lagi adalah tidak melapornya Direct Vision sebagai pemegang usaha ASTRO di Indonesia tentang pemindahan kantornya. Namun, ASTRO segera mengurus hal-hal yang disangkakan pemerintah kepada ASTRO demi kepuasan pelanggannya. ASTRO di perkirakan akan merugi sebesar US$100.000 per bulan akibat penghentian tayangan. Belum lagi adanya gugatan class action dari pelanggannya. Di sini tampaknya masih bermain kepentingan-kepentingan di belakang penghentian siaran ini.

Sudah semestinya masyarakat berhak menentukan sendiri tontonannya, termasuk penyedia layanan televisi berbayar, bukan pemerintah. Bagaimana dengan UU Kebebasan Informasi?

Tuesday, April 08, 2008

Blokir..Ngeblok...GoBlok!!!!

Semenjak si Geertz Wilder ngeluarin film Fitna, pemerintah dan sebagian masyarakat Indonesia jadi sangat sensitif dan sporadis dalam menyikapinya. Bahkan juga terkesan over reacting!! Apa yang salah dengan Fitna? Udah pada nonton?

Bagi saya, Fitna tak lebih dari kumpulan footage dan guntingan koran yang bisa saja diambil dari jutaan situs di internet. Footage dan kumpulan koran itu di bikin jadi satu sama si Wilder dan di kasi judul Fitna. Isinya emang memojokkan dan sangat memusuhi Islam. Tapi kenapa jadi pengguna situs yang terkena imbasnya? Toh mau di blok atau ngga situsnya tetep aja orang rame pada beli. Bahkan sekarang kali aja udah nongol di Glodok dalam VCD bajakan.

Bagi saya, Fitna tak lebih dari hasil karya imajinatif Wilders tentang Islam. Itu hak dia mo bilang gak suka sama Islam sampe bikin karya yang kayak gini. Kita (Islam) bisa aja bikin film model Fitna, yang mendiskreditkan agama atau golongan lain. Tapi Alhamdulillah, ternyata belom ada. Padahal, saya pikir, kalau di jurnalisme cetak ada istilah pena di balas pena, maka film di balas film. Gitu aja kok repot...

Bagi saya, pemblokiran beberapa situs oleh pemerintah cuman gara-gara Fitna adalah tindakan GOBLOK. Apalagi sampe ngeluarin biaya (katanya) sampe Rp. 18 T!!! Gila!! Buat ngentasin gizi buruk aja tu di NTT atau ngebetulin bandara dan sarana transportasi di seluruh Indonesia...

Barusan di TV rame ada berita SBY marah-marah karena pas pidato banyak yang molor. Mungkin aja si pendengar udah bosen sama omongan pak Presiden yang masih mengawang-awang, jadi mending tidur. Pak Presiden dan anggota Dewan yang (katanya) terhormat, mending anda-anda ini ngeluarin duit buat hal yang berguna aja, mending bikin tindakan nyata aja buat rakyat, sasaran anda di 2009 ketimbang ngeblok situs dan nuntut seniman.

Bagi saya, dengan adanya kasus ini, Orde Baru yang Reformis telah tiba. Berganti baju dan wujud, dengan sikap dan perilaku yang tak beda....

Friday, April 04, 2008

Dua Tahun Lalu

3 April 2006...Dua tahun lalu aku menjejakkan kaki di Tendean ini. Bersama ratusan teman baru di Tendean, kami baru saja bergabung dalam Broadcaster Development Program Trans TV angkatan ke- 6, atau lebih populer dengan Batch 6. Hanya bingung dan semangat ingin tahu seluk beluk penyiaran televisi yang membuat langkah kaki mengarah ke Tendean.

Dua tahun lalu, kampus STEKPI jadi kawah candradimuka bagi kami calon broadcaster, calon bibit unggul dalam dunia penyiaran televisi. Di tempat itu selama satu bulan (dua minggu bagi rekan-rekan dari divisi pemberitaan) kami diajarkan mulai dari nol tentang penyiaran. Berbagai pertanyaan terlontar dalam kepala saja, karena ragu menanyakan langsung kepada mentor yang terlihat garang dalam seragam hitam-hitam. Pada akhirnya, berguru pada praktek kerja lah yang membuat aku dan kawan-kawan semua mengerti seluk beluk itu. Sebuah ilmu yang tentunya amatlah tak bernilai.

Dua tahun...kurun waktu yang cukup lama untuk melewati segala suka duka di Tendean. Bekerja tak kenal waktu meski kita cukup akrab dan mengenal lelah, crew call yang kadang tidak manusiawi, liputan keluar masuk pemukiman kumuh, juga di beri kesempatan untuk melakukan tugas di luar kota -bahkan luar negeri-, juga belajar membuat program, menelurkan ide, eksekusi program, membaca grafik rating yang menjengkelkan, semuanya membuat aku belajar memahami dunia televisi.

Dua tahun berlalu, banyak sudah cerita. Cinta bersemi sesama karyawan baik dengan satu angkatan maupun dengan angkatan lain juga kehilangan teman yang pindah kerja ke stasiun TV lain maupun benar-benar alih profesi karena cukup "menderita" dengan ritme kerja di Tendean, adalah sebagian kisah yang terekam. Juga guyonan dan canda akrab di sela-sela obrolan di LG saat meluangkan waktu break kerja. Guyonan dan canda terkadang diselipi gosip tentang Tendean, juga perilaku kawan kerja dan tak jarang juga tentang para pimpinan, terekam dalam percakapan yang semoga hanya kita (batch 6) yang tahu isinya.

Well guys, semua menjadi sejarah bagi kita di Batch 6. Meski banyak jgua yang keluar, tapi tak sedikit yang bertahan. Hidup itu sebuah pilihan dan memang penuh pilihan. Semoga saja Tendean bukan menjadi pilihanku yang terakhir...