Selamat Datang...

...tolong bangunkan aku esok pagi...

Friday, February 27, 2009

Answerlieswithin

...

You've got the future on your side
You're gonna be fine now
I know whatever you decide
You're gonna shine

...

(Dream Theater - The Answer Lies Within)

Monday, February 23, 2009

Terdepan dan Terluar

Di media massa lagi ramai berita soal pulau kita yang diklaim oleh negara asing. Kali ini Miangas, pulau paling utara dari Sulawesi dan jadi penentu garis batas Indonesia dengan Filipina, belakangan bakal di klaim sama Filipina. Entah dari mana asal-usulnya, Filipina bisa mengklaim Miangas sebagai bagian dari wilayahnya. Tampaknya negara-negara tetangga terdekat perlu di ajak bicara soal klaim batas wilayah negara.

Bukan kali ini saja wilayah Indonesia di klaim oleh negara asing. Yang paling menghebohkan adalah lepasnya Sipadan-Ligitan yang jatuh ke pelukan Malaysia, setalah melalui proses panjang nan melelahkan. Berganti tiga rezim hingga sampai ke mahkamah internasional di Den Haag, Belanda. Belum lagi nanti muncul masalah penentuan garis batas Indonesia Singapura karena pulau Nipah sebagai titik tolak pengukuran batas telah tenggelam. Karena apa? Karena penambangan pasir ilegal berpotensi mengnggelamkan pulau itu. Dan tahukah kemana pasir itu berlabuh? Pasir-pasir itu digunakan pemerintah Singapura untuk mereklamasi pantainya, hingga memperluas wilayah daratannya. Kalau pulau Nipah tenggelam, penentuan garis batas antara Indonesia dengan Singapura akan sedikit bermasalah. Belakangan Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat dan bermartabat, tak punya posisi tawar.

Kalau yang lain mempermasalahkan sisi historis, sejarah, peta-peta kuno, sampai pemanfaatan wilayah pulau tersebut, saya coba menghadirkan melalui istilah. Heran juga kenapa pulau-pulau yang berbatasan langsung dengan negara lain disebut pulau terluar. Kalau terluar, mengikuti aturan bahasa Indonesia ter+luar, maka artinya paling luar. Lah kalau paling luar, wajar saja direbutin negara tetangga. Lha wong secara istilah, kita di Indonesia sudah dibentuk bahwa pulau2 tersebut adalah pulau terluar Indonesia. Artinya bukan bagian dari Indonesia, karena letaknya di luar wilayah Indonesia. Terbayang seperti apa di benak anda ketika membaca headline berita: " Pulau Miangas sebagai pulau terluar Indonesia di Klaim oleh Filipina" dengan "Pulau Miangas sebagai pulau paling luar Indonesia di klaim oleh Filipina"..Saya kok bingung bacanya ya...karena paling luar ya sudah..biarkan saja dia direbutin sama negara tetangga.

Saya pikir istilah terluar sudah saatnya diganti terdepan, yang artinya paling depan. Pulau Miangas, Sabang, Pulau Dana juga Pulau Nipah adalah bagian dari wilayah Indonesia paling DEPAN!!! Bukan paling luar..Ketika bicara paling depan, maka pulau-pulau itulah yang jadi pintu gerbang Indonesia. Tak ada pintu gerbang letaknya paling luar wilayah. Pintu gerbang letaknya paling depan. Entah siapa yang harus memulai, saya bukan ahli bahasa, tetapi penggantian istilah terluar dengan terdepan akan sedikit membuka mata, bahwa pintu gerbang kita itu adalah wilayah yang selama ini terlupakan karena dianggap paling luar, bukan paling depan.

Bayangkan rumah anda. Pintu pagar anda adalah bagian paling depan dari rumah anda. Ketika bagian paling depan itu dirusak orang, anda akan marah khan? Bandingkan dengan menganggap bahwa pintu pagar anda bagian paling luar rumah anda. Mau dirusak, mau ditempeli poster caleg, mau diklaim orang anda tidak peduli, karena letaknya diluar....

Jadi masih berpihak pada terluar atau terdepan? Saya sih memilih terdepan....

Saturday, February 21, 2009

13 Detik

13 Detik

Sebuah video yang saya posting ternyata menyebabkan beragam reaksi...sampai ada kader partai yang mau melaporkan saya ke Menkominfo!! Dengan tegas beliau menulis, KADER P*S yang anti pornografi dan pornoaksi. Waduh, sudah main institusi ternyata dengan menyebut tempat saya bekerja. Ada juga seorang Ibu di Singapura yang keberatan.

Durasi 13 detik itu ternyata tanggapannya warna-warni. Di Videonya sendiri ada dua kawan yang posting komentar yang menurut saya karena isi kepalanya tidak porno ya..biasa saja. Kalau isi kepala sudah porno, mau lihat foto-foto list teman-temannya di fesbuk yang kadang berbikini juga sudah porno. Tapi paling tidak, ini mengingatkan saya bahwa dunia memang warnawarni. Ada yang benar-benar lurus, sok lurus, belok-belok tidak karuan. Bahkan ada yang cuek bebek, stagnan dan sebagainya.

Kalau materi video itu bertendensi porno, saya minta maaf kepada yang ber-isi kepala sudah porno. Kalau materi video itu dianggap lucu-lucuan ya monggo, lha wong ini dunia demokratis kok. Mau berpendapat apa saja sah. Tapi, demi kemaslahatan peserta fesbuk yang bisa saja men-tag postingan tidak karuan, bisa tersebar ke mana saja sampai ujung dunia, bahkan neraka jika saja di sana ada jaringan internet, maka saya putuskan menghapus video 13 detik dari profile fesbuk saya. Bagi yang penasaran mau lihat dimana letak pornonya, silakeun hubungi saya.

Saya tidak merasa diintimidasi loh, kalau ternyata mas GG masih mau melaporkan saya ke menkominfo ya monggo mawon, dan jangan bawa-bawa institusi tempat saya bekerja. Untuk itu saya minta anda menghapus tulisan anda di wall saya karena bisa saya tuntut dalam kasus pencemaran nama baik. Saya sih tidak kasih tenggat waktu 1x24 jam, lha wong saya bukan hansip perumahan yang tugasnya mencari penduduk gelap kok....

Untungnya cuma 13 detik, coba 13 menit atau 13 hari...malang betul nasib kameramen itu....

Friday, February 20, 2009

DIPLOMASI SENYUM ALA HILLARY..

Menjelang sholat jum’at tadi menonton Buletin Siang RCTI, dengan Isyana sebagai news presenternya. Buletin Siang menyediakan satu segmen khusus untuk merayakan keberhasilannya mewawancari Hillary, yang menjadikannya exclusive. Exclusive menjadi sebuah kata dan pencapaian luar biasa bagi media (televisi) ketika bisa menangkap momen dan menghadirkan tokoh-tokoh khusus ke dalam media yang bersangkutan. Bagi persaingan media (televisi), kata exclusive menjadi kata yang sakti, yang bisa menjadikan sebuah media menjadi pemenang (sementara).

Hillary tampil dalam beberapa menit dalam acara Variety Show Dahsyat pada Kamis, 19 Februari 2009. Acara yang membuat RCTI harus menayangkan secara live dari Hotel Four Seasons tempat Hillary dan rombongannya menginap. Dalam wawancara exclusive itu, menurut saya, tidak serta merta membuat RCTI kemudian unggul dalam materi wawancara. Bahkan membuat saya berfikir, kalau cuma mengajak Hillary tertawa dan merayunya untuk bernyanyi, mungkin tak perlu live and exclusive. Toh, dalam wawancara exclusive itu tak ada yang istimewa, baik penanya maupun inti pertanyaannya. Sosok Hillary-lah yang membuatnya istimewa. Pastinya ini karena lobi-lobi tingkat tinggi para petinggi RCTI yang bisa menghadirkan sosok Hillary ke layar RCTI. RCTI sepertinya ingin kembali hadir sebagai televisi pelopor dalam dunia berita. Biasanya sih, kehadiran tokoh penting sekaliber Hillary membuat magnet dan pasti menjadi daftar target nomor satu orang yang harus dihadirkan ke studio, dengan label exclusive.

Apa sih yang membuat RCTI berani melabelkan kata exclusive dalam penayangan wawancara Hillary? Padahal tidak penting-penting banget kehadiran Hillary dalam layar RCTI itu. Toh, materi wawancara yang ditayangkan bukan lah materi yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Namun sekali lagi sosok Hillary lah yang kemudian menjadi penting. Berbeda kalau yang tampil itu Menlu Papua Nugini misalnya. Senyum Hillary di RCTI kemudian direlay oleh dua stasiun televisi besar AS, ABC dan CNBC.

Hillary datang ke Indonesia dengan pendekatan diplomasi berbeda dengan pendahulunya. Sosok Hilary yang ramah semakin menunjukkan arah kebijakan politik luar negeri pemerintahan Obama, yang ingin merangkul segala lapisan dengan meminimalkan kekerasan seperti yang ditampilkan oleh Bush. Makannya dalam kunjugan singkatnya, Hillary menyempatkan diri tersenyum dan tertawa di Dahsyat RCTI, kemudian menyambangi WC dan terpana dengan teknologi biogas hasil kreasi USAID. Sampai menyambangi ibu-ibu yang sedang hamil di Petojo. Tidak ada pembicaraan yang serius, yang diharapkan banyak orang akan menjadi titik balik hubungan AS- Indonesia. Hillary mengobral senyum, dan kali ini tidak ada pengamanan berlebihan seperti saat Rice berkunjung beberapa tahun lalu. Standarnya tetap ada, tapi pemerintahan Obama tidak ingin terlihat paranoid.

Dalam kerangka kunjungan formal antar Negara, tentunya pembicaraan formal dengan Pemerintah Indonesia tetap ada, menyangkut isu-isu dunia internasional, tapi Hillary lebih focus untuk mengkampanyekan isu-isu sentral soal demokrasi dan hak asasi manusia. Terlebih soal perempuan dan Islam di Indonesia yang menurutnya sangat toleran.

Kembali ke soal exclusive….

RCTI telah berhasil menempatkan dirinya pada jajaran media yang bisa menghadirkan tokoh-tokoh sentral dunia. Beberapa waktu lalu, Metro TV berhasil menghadirkan Presiden Iran Ahmadinedjad ke studio Metro TV. Bahkan paling menghebohkan adalah bisa menghadirkan Mayor Alfredo yang dianggap pemberontak oleh Pemerintah TImor Leste ke dalam acara Kick Andy. Atau SCTV yang bisa mewawancari presiden AS George W. Bush di DC. Semuanya atas nama exclusive dan persaingan. Ketika menjadi juara (sementara) dalam persaingan, media tersebut akan selalu dikenang orang.

Namun yang jelas, exclusive itu adalah ketika media lain tidak bisa menembusnya, satu media bisa. Jadi saat Maria Eva dan Mayangsari, juga Sumanto, bahkan mungkin sebentar lagi Ponari, tidak mau berbicara di media lain, tapi ternyata mau muncul di satu media, itu juga exclusive loh….

Tuesday, February 17, 2009

Answerlieswithin

...

Life is short
So learn from your mistakes
And stand behind
The choices that you make

...

(Dream Theater - Answer Lies Within)

Monday, February 16, 2009

Bertanya

Bertanya kepada siapakah ketika hati mulai kembali merekah?
Huh...tak ada yang menjawab!
Seperti semilir angin yang baru saja lewat, terasa
tapi tak bermakna

Kali ini giliran kau bertanya
tentang kami, tanyakan hal yang sama
persis seperti dahulu
meski tak bertatap, tutur itu
terbawa semilir angin yang baru saja lewat, terasa
kembali menggugat

Fiuhh...lelah aku dengan bualan ini
kau hanya ingin bicara denganku
seperti aku ingin bicara denganmu

Thursday, February 12, 2009

Infotainment: Jurnalis atau Pekerja?

Tulisan kali ini bukan mau memperdebatkan soal teoritik masuk ke wilayah mana keberadaan infotainment, tapi hanya sekedar sumbangsaran dan urunrembug saja. Coba memperkaya wacana media. Tapi jangan dianggap tulisan ini nantinya berisi silang pendapat teoritik, pake buku ini buku itu, yang ada malah cuma corat-coret saja.

Begini kawan...
Beberapa waktu lalu mengikuti Konferta AJI Jakarta, seorang peserta dari Dewan Pers ditengah-tengah pembahasan tentang ketua umum AJI tiba-tiba sedikit mengalihkan topik bahasan. Beliau (aduh, lupa saya namanya...) mengemukakan bahwa (kira-kira begini yang saya tangkap) teman-teman infotainment itu bukan bagian dari jurnalis, wartawan atau pers. Pekerja Infotainment, bekerja bukan pada redaksi atau news room milik lembaga penyiaran berijin (televisi maksudnya). Mereka bukan bagian dari pers karena bekerja pada Production House, dan PH itulah yang memproduksi tayangan tetapi tidak memiliki ijin prinsip siaran. Jadi pendek kata, wartawan (?) infotainment bukanlah merupakan bagian dari pers, dan hasil kerjanya bukan disebut produk pers.

Nah, pendapat beliau saya amini, karena sampai sekarang saya keukeuh memegang teguh prinsip bahwa peliput infotainment bukanlah wartawan ataupun jurnalis, tetapi pekerja. Entah ini benar atau tidak, saya juga tidak mengerti. Tapi saya lebih senang menyebut temen-teman di sana dengan sebutan pekerja ketimbang wartawan. Sampai pada satu titik mencerna satu pemahaman, bahwa kawan-kawan yang bekerja pada PH dan bukan lembaga penyiaran yang memiliki ijin siaran bukan lah bagian dari pers dan dunianya.

Liputan dan karya jurnalistik dalam bidang hiburan memang ada, duduk sama sejajar dengan liputan politik, olahraga, kuliner dan sebagainya. Pada media-media cetak mainstream, ada yang namanya desk hiburan. Di desk itulah para wartawan bekerja memburu berita mengenai hiburan. Tidak sekedar bekerja memenuhi tenggat liputan, tetapi kalangan jurnalis (wartawan) pasti mengerti adanya kode etik dalam liputan dan cover both side. Namun yang saya lihat di lapangan, teman-teman infotainment seringkali melanggar kode etik jurnalistik dalam tugas liputannya dengan alasan dan atas nama dateline. Semua media punya dateline, tapi tetap mengedepankan cerita yang berimbang. Karena itu, teman-teman infotainment saya sebut pekerja, karena hanya bekerja memenuhi tenggat waktu yang diberikan kantornya (redaksi??)

Sampai disini pertanyaannya adalah:
Apakah kawan-kawan yang melakukan tugas jurnalistik di desk hiburan sebuah media bisa disejajarkan dengan infotainment?

Mbak Sirkit Syah melalui milis NaratamaTV menjawab Bukan! Mereka tetap wartawan, tapi wartawan bidang hiburan. Istilah "infotainment" ini khas, mengacu pada program yang kental nuansa hiburannya, meskipun berisi informasi, dan ditayangkan televisi. Toh informasinya melulu tentang dunia hiburan. (Tapi aneh juga ada infotainment yang meliput kasus-kasus korupsi dan kriminal). Informasi ini saking berisi hiburan, akhirnya juga nyerempet gosip cinta-cintaan, perselingkuhan dan perceraian. Di Infotainment, tiga hal ini jadi sajian utama. Bandingkan dengan tulisan pada halaman hiburan media cetak, Kompas, misalnya. Soal liputan kasus kriminal juga yang penting menyangkut artis sebagai publik figur. Sementara anggota DPR yang korupsi menurut infotainment bukan bagian dari publik figur...

Bingung? Sama..saya juga...

Belum bisa lepas dari bingung, ada lagi pertanyaannya berkaitan dengan awak PH dan redaksi atau news room...

Soal bukan bekerja pada news room tapi pada PH..bagaimana dengan teman-teman di News agency dan PH yang bikin tayangan dokumenter, apakah bisa disebut jurnalis? Atau teman-teman di PH yang bikin tayangan berita untuk televisi dan media mainstream apakah masuk dalam kategori jurnalis?

Ada yang bisa menjawab?

Alangkah naif sekali misalnya ketika kita juga mempertanyakan konsistensi teman-teman awak redaksi dari sebuah news agency, yang mereka tidak memiliki lembaga penyiaran, tapi melakukan tugas jurnalistik dan menjualnya kepada stasiun televisi. Atau sebuah PH yang membuat tayangan untuk National Geographic Channel, tapi bukan bagian dari jurnalistik. Padahal esensinya news adalah, menurut salah seorang guru jurnalistik di kantor saya, berikan fakta. News is based on fact!! Apa yang dibuat dan ditayangkan oleh NGC, Discovery Channel, film-film dokumenter yang dibuat oleh PH, acara berita televisi yang dibuat PH adalah news. Oleh karena itu produknya adalah produk jurnalistik dan yang membuat disebut jurnalis.

Tenang...tenang....ini masih bisa diperdebatkan kok...

Kalau teman-teman PH yang masuk dalam kategori ini bisa dikategorikan ke dalam jurnalis, kenapa infotainment tidak?

Jawaban sederhana saya bilang mungkin lebih kepada kode etik dan karya yang di tampilkan yang memenuhi kaidah jurnalistik. Selama teman-teman infotainment bekerja menurut kode etik dan kaidah jurnalistik, yang liputan bisa dibilang jurnalis atau wartawan. Salah satu poin pentingnya adalah sampaikan fakta dan cover both side. Lantas dalam tugasnya patuhi betul kode etik jurnalistik. Nah gambaran infotainment (media cetak maupun elektronik) sekarang ini apakah sudah sesuai dengan kode etik dan kaidah jurnalistik? Kalau sudah sepertinya bisa dimasukkan ke dalam kategori jurnalis, tapi kalau belum (seperti yang terjadi sekarang) maka saya akan masih setia menyebut mereka pekerja infotainment, karena mereka masih sekedar pekerja....

Saya tidak mengerti betul soal terminologi dan filosofi jurnalis dan jurnalistik, jadi kalau ada tanggapan..silakan....

Wednesday, February 11, 2009

Dingin

Sudah sejak dari subuh di lantaitiga...Semakin lama semakin dingin sepertinya AC ruangan di tiap lantai di kantor ini. Tak manusiawi!! Melindungi mesin-mesin editing dan peralatan siaran dari panas berlebih, tapi tak melindungi pekerja. Dan tiap pagi, tiap hari selalu saja kedingingan di lantai ini.

Menunggu kawan-kawan yang akan melakukan taping, yang entah datangnya jam berapa, aku berusaha merasa hangat. Sedikit dengan secangkir kopi dan Bruce Dickienson berteriak di headphone...

...
Love is a razor and I walked the line
On that silver blade
Slept in the dust with his daughter
Her eyes red with
The slaughter of innocence
But I will pray for her
I will call her name out loud
I would bleed for her
I only I could see her now
...
(Iron Maiden - The Evil That Man Do)

Thursday, February 05, 2009

FACEBOOK - Sampai Dengan DELETE Memisahkan Kita !

Ini dikutip dari tulisan Mang Ucup di milis mediacare...
Saya hanya mengutip saja, hak cipta dan hak penyebaran ada pada mang ucup...
Terima kasih...

Nama Mang Ucup berikut foto smooth-nya telah tertayang di Facebook. Abrakadabra bimsalabim.. .sontak hanya dalam jangka waktu tiga minggu saja, sudah bisa mempunyai sahabat baru lebih dari 375 orang. Apakah dengan kuasa menambah stok 375 rekan baru ini berarti sesuatu hal yang patut dibangga-banggakan kepada publik and all everybody. Karena memiliki sahabat yang kian berjibun banyaknya, bukankah sebuah pencapaian prestasi nyata? Mungkin karena dilanda perasaan narcisi kali ya. Memang tidak bisa dipungkiri lagi, kini Anak-anak Baru Gedhe (ABG) saling berlomba-lomba, sepak sana, terjang situ; demi memperebutkan siapa yang memiliki sahabat paling banyak, paling
caem, terganteng ataupun paling cantik di Facebook

Facebook adalah sebuah web jaringan sosial atau bahasa akompleksnya tempat mejeng, berhaha-hihi, berlenggokkanan berlenggangkiri- -yang paling banyak dikunjungi dewasa ini. Berdasarkan statistik ter-up date yang ada, rata-rata setiap anggota (member) Facebook mempunyai sedikitnya 100 sahabat. Jumlah anggota Facebook awal tahun 2009 ini saja sudah mencapai lebih dari 150 juta jiwa. Dus fantastisnya, setiap hari jumlah itu kian menggelembung bertambah banyak sekitar 600 ribu anggota baru. Konon kabarnya, apabila nama Anda tidak tercantum di Facebook itu sama dengan "U are nobody". Yang bila benar itu adanya, berarti itu bisa menihilkan aforisma terkenal yang
pernah dikoar-koarkan oleh filsuf Yunani Decartes (baca: Deca) pada abad Eropa klasik dengan perkataannya: "cognito ergo sum" yang berarti: "saya ada, karena saya di Facebook".

Singkat cerita wabil esensinya, sabahat adalah tempat di mana kita bisa berbagi suka dan duka maupun tempat curhat. Bahwa setiap orang membutuhkan sahabat, itu sebuah keniscayaan. Hanya sayangnya, kebanyakan manusia sekarang ini--mungkin karena terlanjur hidup serba hedonis, individualis dan narcisi serta cenderung amoralis--
tidak memiliki banyak waktu lagi untuk menjalin persahabatan (friendship) , persekutuan dalam artian lebih luas. Maka Anda tidak perlu terheran-heran apabila di Eropa sana menjamur bisnis yang menawarkan jasa "Rent a Friend".

Cermati jeli fenomena budaya di masa kontemporer ini. Kita lebih senang mencari sahabat secara instan layaknya membikin mie seduh, bisa melalui Facebook, Friendster, MySpace dan banyak lagi. Memang mudah dan murah, hanya dengan satu keterampilan meng-Klik saja, Anda sudah bisa mendapatkan seorang sahabat yang jauh domisilinya di
tengah lautan Atlantik sana. Sama seperti juga bunga, buat apa susah- susah menanam bunga; lebih baik beli atau tinggal petik saja. Banyak orang menduga bahwa Facebook, Friendster itu adalah situs hanya untuk para ABG mejeng.

Tetapi kenyataannya ini tidak benar. Berdasarkan data valid demografi yang pernah dipublikasikan oleh Facebook; nyatanya anggota terbanyak dan teraktif adalah mereka yang usianya sudah di atas kepala tiga, 30 tahun. Maklum mulai dari usia inilah yang paling banyak merasa kesepian. Rekan-rekan seusia mereka sudah sibuk dengan
dunia mereka masing-masing, keluarga masing-masing; sehingga tak ada waktu luang untuk berbagi, sharing sekedar ber-say Hello dengan teman kampung semasa masih muda dulu.

Apakah sahabat yang didapatkan melalui internet atau Facebook ini bisa diposisi sejajarkan sebagai seorang sahabat benaran ataukah lebih tepatnya hanya sebagai kenalan sekilas pandang saja. Sebab dalam ikatan persahabatan model Facebook itu tidak melibatkan faktor emosional.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa persahabatan itu sama saja seperti juga tanaman yang membutuhkan pemeliharaan. Artinya perlu diberikan pupuk, disiram setiap hari agar bisa tumbuh dengan baik. Tetapi dengan jumlah kenalan yang sedemikian banyaknya seperti ala Facebook, Friendster itu membikin Anda tidak mungkin melakukan proses-proses pemupukan kasih sayang, penyiraman air cinta kasih pada seluruh teman Anda tersebut.

Soalnya sederhana saja, Anda tidak punya banyak waktu untuk melakukannnya secara intensif, juga teman-teman dunia maya Anda tadi. Berbeda hal dengan pertemanan di darat yang terjalin secara alamiah, natural dan tidak terkesan dibuat-buat; menjadikan ikatan batin model persahabatan sejati inilah yang membikin mesra dan indahnya hidup di dunia ini.

Tetapi bagi saya pribadi, kenalan atau sahabat di Facebook pun sama nilainya seperti para sahabat lainnya, kenapa bisa demikian? Mereka telah menghargai saya di mana mereka mau meluangkan waktunya khusus untuk berkenalan dengan saya. Tidakkah itu berarti ia telah mengorbankan sesuatu yang paling berharga miliknya ialah "WAKTU"
walaupun mungkin ini hanya beberapa detik sekalipun.

Melalui persahabatan atau kenalan di Facebook tersebut membuktikan bahwa mereka mau menerima saya sebagai sahabat, rekan yang berdiri sejajar, duduk sama rendah. Hal ini tidak mungkin didorong tanpa adanya rasa simpati, empati sosial ataupun perasaan senang terhadap diri saya. Bahkan dari koordinat pertemanan Facebook itu juga, saya
bisa menilai bahwa hasil coret-coretan saya selama ini ternyata tidak sia-sia atau sirna begitu saja. Hal ini bagi saya, sesungguhnya merupakan anugerah atau berkat yang dapat memantikkan spirit memotivasi saya untuk terus-menerus menulis di manapun dan
kapanpun juga.

Persahabatan (Friendship) adalah satu kata sakral yang bisa menembus-nembus dimensi ruang maupun triomensi waktu serta tetralogi kosmos; walaupun jarak memisahkan Anda; tetaplah pertahankan kata "persa-'Friendship' -habatan" itu. Sebab ia adalah putera makhkota kehidupan mensejati yang harus tetap terjaga koeksistensinya dari masa ke
masa, zaman ke zaman; hingga hari kiamat kubro nanti datang.

He..he..maukah Anda bersahabat dengan Mang Ucup, walaupun hanya di Facebook sekalipun juga? Daripada cari racun rent a friend, mendingan pilih madu-racunnya Facebook karena masih berprobabilitas besar peroleh segelas madu rendesvous persahabatan. Maukah? Kalau nanti udah bosan tinggal Klik "DELETE" azah untuk perceraian dalam Facebook ini!

Salam persahabatan dengan sepasang jabat tangan tererat yang terindah

Mang Ucup
Facebook
Emal: mang.ucupgmail.com



Kalau di dunia nyata 'till death do us apart, di dunia maya (yang dijadikan nyata) Till deleted on facebook do us apart...


Quote of the day...

...
Can I play with madness? there's no vision there at all.
Is it all just wasted time?
Can you live with yourself, when you think of what you left behind.

...