Selamat Datang...

...tolong bangunkan aku esok pagi...

Monday, February 24, 2014

KILLERS (2014) : PSIKOPAT SETENGAH-SETENGAH




Seorang jurnalis, Bayu (Oka Antara), sedang  berada di titik terbawah karir jurnalistiknya. Investigasi jurnalistiknya terhadap Dharma (Ray Sahetapy), menemui jalan buntu. Dharma melalui pengacaranya, Robert (Epy Kusnandar), Dharma menyatakan tidak bersalah dan tidak melakukan kejahatan apapun. Obsesi menemukan kejahatan Dharma  kemudian menjadi tujuan Bayu. 

Nomura Shuhei (Kazuki Kitamura), seorang eksekutif di Jepang, menunggah video-video pembunuhan yang dilakukannya ke internet. Nomura mendapat kepuasan tersendiri saat hint videonya mendapat jumlah penonton tinggi. Tiap video dianggap Nomura sebagai karya besar dan selalu melakukan perubahan dalam setiap aksinya. Bayu adalah salah seorang “penggemar” video-video Nomura.

Baik Nomura maupun Bayu menyimpan sisi gelap yang berbeda. Nomura dihantui oleh sikap ingin memiliki melalui pembunuhan-pembunuhan yang dilakukannya. Nomura digambarkan seorang yang dingin, kaku tetapi punya kharisma di mata perempuan yang menjadi targetnya. Nomura memilih targetnya secara acak: pekerja kantoran, pekerja seks komersial, teman dekat bisa menjadi korban Nomura selanjutnya. Karakter Nomura dibuat sedemikian rupa tanpa konflik berarti, sehingga Nomura bisa “bekerja lebih baik dan lebih sadis”. Tak ada kerumitan dalam karakternya: Pilih, Ambil, Bunuh. Nomura adalah pembunuh sejati, seorang psikopat yang unggul. 

Sementara Bayu, karakternya bertele-tele sehingga membuat kehadiran Dina (Luna Maya) sebagai istrinya terlihat sebagai sebuah pemanis dan tak berpengaruh apa-apa pada jalan cerita. Bayu juga seorang yang lebih rumit. Kariernya berada pada titik terendah dan rumahtangganya diujung kegagalan, belum lagi obsesi kepada sosok Dharma, membuat Bayu terjebak dala kesendirian. Salah satu “hiburan” Bayu adalah menonton video-video pembunuhan Nomura.

Jika Nomura digambarkan sebagai pembunuh berpengalaman, Bayu terjebak dalam sisi gelapnya karena insiden pembelaan diri. Insiden itu menggiring Bayu melakukan pembunuhan-pembunuhan selanjutnya dengan bimbingan Nomura. Ya, Nomura bisa menghubungi Bayu via internet dan “memaksa” Bayu lebih baik lagi dalam melakukan aksinya. Berbeda dengan Nomura, Bayu lebih selektif memilih korbannya. Selain korban pertama, korban-korban Bayu adalah bukti  obsesif Bayu terhadap Dharma.

Killers (2014) garapan The Mo Brothers akan bisa dinikmati lebih gelap jika karakter-karakter tidak penting di sekitar Bayu bisa diminimalisir. Oka Antara memang bermain bagus, tapi tidak cukup bisa menggambarkan Bayu yang galau dan punya sisi hitam. Dengan kata lain, karakter-karakter diluar pendukung Dharma tidak menjadi pemicu serius bagi Bayu untuk melakukan aksinya. Bayu bisa berhenti pada sikap obsesifnya terhadap Dharma tanpa harus ditambahkan monosodiumglutamat Dina dan keluarganya. Sikap obsesif Bayu ini penting dan bisa menjadi penguat cerita tanpa bertele-tele terjebak pada urusan yang lain. Bayu terlalu ragu menjadi psikopat.

Pada Nomura, ia “nyaris” menjadi manusia normal saat bertemu Hisae (Rin Takashi). Ia menunjukkan sikapnya sebagai seorang pelindung, namun tidak meninggalkan sifat kejamnya. Tidak berpanjang-panjang, Nomura tetap menjadi sosok yang punya dua sisi bertolak belakang tanpa penceritaan yang mendayu-dayu.

Sebagai film thriller psikologis, tak ada tekanan berarti pada penonton saat film ini diputar. Dimaksudkan sebagai film yang gelap, kejam, dan berdarah-darah, Killers sangat layak tonton mentok hanya pada apiknya akting Oka Antara dan karakter Nomura. Meskipun demikian, bertemunya Bayu dan Nomura tidak juga memberikan tekanan berarti pada Killers.

*kredit foto: http://www.imdb.com/title/tt2409300/ *