Selamat Datang...

...tolong bangunkan aku esok pagi...

Sunday, October 25, 2009

Yngwie van Bekasi

Iseng-iseng klik sebuah link di Youtube yang di posting seorang kawan di Facebook membawa saya berkunjung ke masa lalu...Link itu kemudian membawa saya menjelajah Youtube, dan akhirnya keasyikan menonton beberapa video Yngwie Malmsteen, jawara shredder masa itu. Jaman itu, jaman peralihan dari putih-biru ke putih abu-abu, sebagai ABG saya begitu menikmati speed permainan gitar Mas Malmsteen. Tapi kesenangan tinggal kesenangan..sebatas mendengar dan menikmati tanpa pernah mampu berfikir untuk mengikuti jejak Mas Malmsteen jadi gitaris.

Dari sekian banyak teman sebaya, ada satu orang yang sangat tergila-gila dengan permainan Yngwie Malmsteen. Teman saya ini tak pernah lepas sekalipun dari gitarnya dan bisa berlatih di rumah hingga 8 sampai 12 jam sehari. Baginya tidak ada detik terlewati selain stretching jari jemari di atas fret gitar. Sampai-sampai sekolah formal pun menjad nomor ke seribu. Nomor satu adalah gitar, kedua kaset-kaset Yngwie Malmsteen. Tak naik kelas sampai pindah sekolah pun di lakoninya. Dari dia lah saya dan teman-teman yang lain mengenal kemudian band-band rock dan musisi dengan kadar selera musik kelas wahid. Selain Yngwie Malmsteen, saya dikenalkan dengan Satriani, Vai, Dream Theater, Rhapsody, Stratovarius, Joe Lynn Turner dan masih banyak lagi. Kebetulan, selera musik di kawasan tempat saya tinggal masa itu tak jauh dari pengaruh musik rock. Mulai dari Metallica, GNR, Nirvana, Sepultura sampai Rage Against The Machine dan Green Day.

Teman saya ini memang terobsesi (atau bermimpi tepatnya) untuk menjadi musisi handal, sebagai gitaris kelas wahid. Untuk mewujudkan mimpinya, dia tak segan-segan melakukan segalanya, mulai dari kursus gitar, mendatangi jagoan gitar di kota tempat kami tinggal, ngulik, sampai kalau nongkrong-pun dia masih juga menunjukkan kemampuannya memainkan gitarnya. Terkadang, kami-kami ini yang nongkrong sampai merasa terganggu kalau dia datang...Pasalnya, ketika satu geng ingin bernyanyi Slank, dia malah dengan sangat cuek mempertontonkan satu repertoar Rising Force yang terdengar pletak-pletuk..maklum, pakai gitar kopong...Kalau dia bermain pada gitar Prince Merah, gitar listrik pertamanya, bisa lain cerita...

Tapi usahanya membuahkan hasil...namanya mulai dikenal di jajaran Gitaris Muda di kota saya...paling tidak beberapa orang mulai mengenalnya. Selepas putih-abuabu, kawan saya ini kemudian melanjutkan studinya ke salah satu perguruan tinggi khusus musik yang pada waktu itu baru saja buka di kawasan Pulogadung. Di tempat itu, dia mulai mengikis idealisme-nya dalam bermusik. Kalau dulu lebih senang rock, speed gitar, sekarang mau menerima beberapa genre musik. Di angkatannya, dia salah satu murid yang kecepatan teknik sweeping-nya paling rapi. Dasar memang tak bakat dengan urusan nilai, memutuskan keluar dari institusi itu dan mulai mengajar privat..sambil terus mengasah skillnya di rumah. Dia juga mulai berkenalan dengan orang-orang yang sehobi dengannya. Dia pun saat itu mulai bermain berbagai macam genre musik, mulai dari progresif sampai pop cengeng.

Sekarang ini, meski belum berhasil menggapai mimpinya untuk jadi musisi, tetapi bakatnya tidaklah hilang. Terakhir bertemu, dia bekerja di perusahaan kargo sambil terus bermusik. Mungkin suatu saat nanti, dia bisa meraih apa yang dicita-citakan. Toh, semuanya berawal dari mimpi...

No comments: