Selamat Datang...

...tolong bangunkan aku esok pagi...

Tuesday, March 13, 2012

Kuliah Sejarah Sinema Lewat HUGO (2011)


Jam dan akurasi... Dimensi sentral penunjuk waktu menjadi penanda sejarah pada HUGO (2011), film besutan Martin Scorcesse yang di adaptasi dari novel The Invention of Hugo Cabret karya Brian Selznick. Film ini memiliki tokoh sentral bernama Hugo Cabret, seorang yatim piatu yang mahir mereparasi jam, keahlian yang diturunkan dari ayah dan pamannya.

Setelah ayahnya meninggal, Hugo tinggal di balik dinding di sebuah stasiun kereta di kota Paris pada tahun 1930-an. Ia juga mewarisi pekerjaan pamannya, yaitu memastikan seluruh jam dinding di stasiun Paris berputar dan tepat waktu. Ia juga membawa automaton, sebuah rekayasa mekanik yang menyerupai manusia. Automaton ini lah jembatan pertemuan antara Hugo dan George Melies.

Hugo memiliki automaton dan catatan ayahnya tentang benda itu. Dari automaton, kita dibawa menelusuri sejarah sinema dunia dan Perancis. Gabungan antara fiksi dan fakta menuntun kita mengenal siapa George Melies.

Hugo dengan jelas menyatakan kecintaannya terhadap dunia gambar idoep. Ia bercerita kepada Isabelle, anak baptis Papa George dan Mama Jean tentang kisah pendaratan di bulan yang Hugo tonton bersama mendiang ayahnya setiap ia ulang tahun. Isabelle sendiri tak pernah sekalipun menonton film karena dilarang Papa George. Ketika berhasil mereparasi automaton, Hugo membawa kita semakin mengenal Papa George.

Siapa Papa George?
Dalam sejarah dunia sinema, Papa George Melies adalah salah satu pionir. Ia terkesan dengan proyektor film pertama buatan Lumierre bersaudara. George Melies yang awalnya adalah pesulap, begitu takjub melihat karya gambar idoep yang di hasilkan Lumierre bersaudara. Dari situ, George Melies merubah hidupnya menjadi pembuat film.

Film George Melies paling terkenal adalah Le Voyage dans La Lune (1902). Di film itu dia menggabungkan animasi dan teknik stop motion. Film inilah yang ditonton Hugo bersama ayahnya dan begitu membekas di kepala Hugo cilik.

Melalui jam dan akurasi waktu pada Hugo, kita di bawa ke masa-masa awal lahirnya gambar idoep. Ia membawa kita pada masa lalu saat film lahir sebagai cabang seni baru. Dan Scorcesse meramu Hugo dengan tingkat ke akurasian sejarah yang cukup baik tentang George Melies. Bagaimana kemudian Papa George bercerita tentang hidup dan masa lalunya yang jatuh bangun karena begitu cintanya ia terhadap bidang seni yang baru.

Scorcesse lewat Hugo mengajak kita memahami sejarah sinema. Ia tak menggurui, tetapi menuntun penonton untuk, paling tidak, mengerti atas usaha-usaha para pionir perfilman dunia menghadirkan cabang seni terbaik yang pernah di lahirkan manusia. Lewat Hugo, Scorcesse mengajak kita untuk selalu bermimpi. Melies, mewujudkan mimpinya untuk bisa pergi ke bulan lewat film. Dan itu bisa dilakukan.. Seperti kutipannya, If you've ever wondered where your dreams come from, you look around... this is where they're made.. (Hugo-2011).

Sepanjang menulis ini, sesungguhnya saya teringat dengan video klip Smashing Pumpkins yang berjudul Tonight, Tonight. Konsep visual video klip itu merupakan adaptasi karya Melies. Yang lain bahkan menyelipkan banyak footage film-film Melies di Queen- Heaven for Everyone. Dua video klip ini, bagi saya, merupakan penghargaan untuk karya-karya George Melies.

Hugo dibuat dengan kecintaan tinggi Scorcesse terhadap dunia sinema. Maka tak heran Hugo diganjar 11 Nominasi Oscar dan memenangi 5 diantaranya termasuk Best Visual Effect dan Cinematography. Belum lagi beberapa nominasi dan penghargaan dari belahan dunia lainnya.

Well, this is film...and this could be heaven for everyone...

No comments: