Selamat Datang...

...tolong bangunkan aku esok pagi...

Sunday, December 16, 2012

Skyfall (2012): Back To Basic



Sejak era Joker pada The Dark Knight karya Christopher Nolan, belum ada lagi karakter villain yang begitu serius mengejar karakter jagoan sampai ke titik psikologisnya. Karakter antagonist seperti ini sangat dibutuhkan ditengah-tengah pola film action-hero yang bertumpu pada hebatnya sang jagoan. Adu gebuk dan ledakan sudah pasti jadi bumbu utama, tapi film-film aksi jagoan perlu ditambah penyedap rasa yang lain. 

“Penyedap rasa” yang lain salah satu contohnya adalah mengembalikan Sang Jago kembali ke bumi, menjadi manusia biasa. Pasca Nolan memoles Bruce Wayne menjadi persona yang lemah tanpa topeng Batman, Sam Mendes memunculkan James Bond yang tak lagi bergantung pada teknologi canggih. Satu-satunya yang terpelihara dengan baik adalah apapun situasinya, Bond haruslah sosok yang parlente.

Mengembalikan Bond ke bumi tidaklah mudah. Mendes membukanya dengan kegagalan Bond menangkap pencuri hardrive komputer milik MI6. Bond pun harus “tewas” ditangan rekan lapangannya atas perintah M. Berbulan menghilang, Bond tiba-tiba kembali dan menemui M. M sendiri memang memerlukan jasa Bond untuk menangkap peretas data milik MI6, dimana sebagian data yang ada menyangkut keamanan operasi para agen dan keselamatan M sendiri. Akibat kasus ini, M pun diminta mundur dan tentu saja menolak.

Bond pun berhadapan dengan masa lalu M, Silva (Javier Bardem) seorang agen sebelum Bond. Dalam pengejarannya, Bond tak dibekali peralatan super canggih, hanya satu pistol standar yang dibekali kemampuan memindai sidik jari Bond. Mulai lah adu strategi dan taktik antara Bond dan Silva terjadi.

Tak ada sex dalam proses pengejaran Bond.  Mohon maaf, Bond Girl kali ini hanyalah Cameo yang sebetulnya tak layak disebut Bond Girl. Yang ada baku senjata dan adu psikologis. Senjata yang digunakan pun “standar-standar saja” dan bukan ala Bond yang super. Pengejaran Bond berbalik menjadi perburuan Silva terhadap M dan Bond. Bond yang paham bahwa Silva mengetahui latar belakang hidupnya, memancing Silva menuju Skyfall, rumah bergaya kastil milik keluarga Bond.

Dalam perburuan ini, M dan Bond terlibat percakapan “curhat” dari keduanya. Baik M maupun Bond berhadapan seperti manusia biasa: Mendengarkan dan didengarkan. Keduanya menjadi sosok yang lemah, punya pertimbangan hati dan saling membutuhkan sebagai manusia. Batas antara atasan dan bawahan hilang, kecuali kenyataan bahwa Bond memang salah satu tugasnya adalah melindungi M sebagai bosnya
.
Daniel Craig sebagai Bond kali ini terlihat mampu menjaga keseimbangan emosional dan aksi. Sebagaimana Craig menjaga emosinya saat berperan sebagai Will Atenton di setengah film Dream House (2011). Sementara peran Javier Bardem pada Silva bisa menunjukkan teror psikologis yang lain, yang membuat penonton gemas dan geregetan. Silva yang hampir sama dengan Anton Chigurh di No Country for Old Men (2007). Dan, jujur saja, tanpa Raoul Silva pada Bardem, Skyfall cuma film aksi Bond biasa.

*foto: http://www.bristolvantage.com/2012/10/29/vantage-reviews-skyfall/*

No comments: