Selamat Datang...

...tolong bangunkan aku esok pagi...

Saturday, April 19, 2008

Adik Gua Masuk Koran!!!!

Baru saja sampai dari Palangkaraya. Sebenarnya agenda utama adala melayat keluarga besar Ronny Alventa, seorang kawan yang baru saja kehilangan ibunda. Bersama Mbak Produserku di Jelang siang, Desi Hapsari, berangkatlah kami ke sana. Berhubung atas nama kantor juga, maka kewajiban liputanpun tak luput dari perjalanan kami.

Tulisan pendek ini bukan untuk menceritakan bagaimana liputan selama tiga hari di Kota Tambun Bungai itu. Atau membicarakan panasnya Palangkaraya yang menyengat, lebih panas dari Surabaya atau Makasar sekalipun. Mungkin ada kaitannya dengan gundulnya hutan yang habis ditebang. Cuaca panas Palangkaraya tentunya membuat cuaca Palangkaraya secara keseluruhan tidak stabil. Kadang panas menyengat, tak lama hujan. Hujan pun hanya singgah, panas kembali menyeruak.

Urusan cuaca bisa dibilang tak lepas dari peran Badan Meteorologi dan Geofisika alias BMG. Nah, disini lah cerita ini akan berkembang. Adik perempuanku kebetulan berdinas di BMG Palangkaraya sejak tiga tahun lalu, tepatnya sejak lulus kuliah di Akademi Meteorologi dan Geofisika. AMG menerapkan sistem ikatan dinas, otomatis para lulusannya yang kelak menyandang predikat PNS harus siap ditempatkan dimana saja. Adikku mendapat penugasan di Palangkaraya (entah sampai kapan), dan menjadi satu-satunya peramal cuaca perempuan di Palangkaraya, atau mungkin bahkan se- Kalimantan Tengah. "Prestasi" inilah yang kemudian membuat media cetak lokal tertarik mengangkat profilnya. Meski cuma media lokal, namun media tersebut rupanya sudah "melek" teknologi. Jaringan internet dimanfaatkan untuk memuat edisi cetak ke online. Meski masih sederhana dan kadang tidak ter- update, namun aku penasaran dengan profil adikku ini. Akhirnya, link ke berita tersebut bisa diakses di sini.

Dan ini ceritanya...

Sabtu, 22 Maret 2008
Meski Hari Libur Bekerja, Tetap Senang Laksanakan Tugas
Diyan Novrida, Satu-satunya Forecaster Wanita di Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut
Menjadi satu-satunya forecaster atau prakirawan di Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut bukan hal sulit bagi Diyan Novrida. Lajang berusia 25 tahun ini menekuni pekerjaan yang diembannya penuh tanggung jawab.

ELLEN D, Palangka Raya

DIYAN sedang menginformasikan kondisi cuaca saat Kalteng Pos mendatangi Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut, Jalan Adonis Samad, Minggu (16/3) pagi. Ditemani rekan-rekannya yang bertugas jaga pagi itu, warga Jalan Nyai Balau kompleks perumahan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) ini terlihat sigap menyampaikan data terbaru dari sebuah alat di ruang pemantauan cuaca.

“Saya menjadi forecaster sejak tahun 2005. Senior-senior sangat membantu dalam pekerjaan bila saya perlu bantuan,” ujar Diyan kepada Kalteng Pos di sela-sela menjalankan tugasnya.

Lulusan Diploma Tiga (D3) Akademi Meteorologi dan Geofisika (AMG) Jakarta ini mengatakan, menjadi seorang prakirawan adalah keinginannya sejak tamat sekolah menengah atas (SMA) tahun 2001. Sebab, ucap putri pasangan suami istri (pasutri) Suyono (54) dan Tri Rahayu (49) ini, dunia meteorologi begitu menyenangkan untuk dipelajari. Karena itu, meskipun harus tetap bekerja pada hari libur, ia menjalaninya dengan senang.

Alasan lainnya, terang Diyan, setelah menamatkan pendidikan selama tiga tahun di AMG, lulusan langsung ditempatkan di mana saja di seluruh Indonesia. Dalam arti, sudah bisa bekerja dan menghasilkan uang untuk keperluan hidup.

“Karena tertarik, saya lalu mendaftar sebagai peserta tes menjadi calon mahasiswa AMG setelah lulus di SMAN-4 Bekasi tahun 2001. Bekasi termasuk region Jakarta dan peserta tes saat itu sebanyak 600 orang. Saya saat itu harus mengikuti tes tertulis untuk tiga mata pelajaran, yaitu Fisika, Matematika dan Bahasa Inggris. Kemudian, menjalani tes kesehatan dan terakhir interview (wawancara),” jelas tamatan SDN Bekasi Baru I ini.

Menurutnya, memang ada rasa pesimis pada dirinya saat mendaftar tes masuk AMG Jakarta. Sebab, yang berhasil lolos hanya beberapa orang dari ratusan bahkan ribuan yang mengikuti. Karena itulah, Diyan sempat mendaftar ke perguruan tinggi. Namun, itu sekadar mendaftar, ia tak sempat mengikuti seleksi masuk universitas. Pasalnya, seleksi universitas berbenturan dengan tes masuk AMG.

Otomatis lulusan SMPN-2 Bekasi ini harus memantapkan langkahnya. Ia lebih memilih mengikuti tes di AMG dengan risiko tak lolos dan berkonsekuensi tak kuliah selama setahun.

Perjuangan Diyan tak sia-sia. Ia berhasil lolos semua seleksi yang dilaksanakan AMG. “Sampai terakhir, dari 600 peserta untuk region Jakarta, ada 19 orang yang lulus termasuk saya. Dari 19 orang tersebut, tiga orang adalah perempuan,” jelas perempuan yang masih lajang ini.

Melihat namanya terpampang di pengumuman, Diyan mengaku senang tak terkira. Sebab, ia berhasil mengalahkan 581 peserta lainnya yang tak lolos seleksi. Dalam hatinya, ia memantapkan diri untuk lulus tepat waktu. “AMG menggunakan sistem DO (drop out) dan indeks prestasi (IP) tiap semester harus memenuhi standar. Sewaktu angkatan saya (2001), IP minimal 2,75. Karena itulah, saya tak ingin menyia-nyiakan keberhasilan lolos seleksi,” tuturnya.

Tepat tiga tahun, Diyan lulus. Ia kemudian mendapatkan surat keputusan (SK) bertugas di Palangka Raya. Menurut Diyan, tak pernah sekalipun ia menginjakkan kaki di Kota CANTIK – motto Palangka Raya.

“Kayaknya seru juga bertugas di daerah yang belum dikunjungi. Karena itu, saya dengan senang hati bekerja sebagai forecaster di Palangka Raya. Awalnya memang merasakan perbedaan saat baru datang. Bekasi rame, di sini sunyi. Tapi, lama-lama saya terbiasa. Begitu juga dengan tugas saat libur, tetap dijalani dengan senang hati. Sebab, kami tetap mendapatkan cuti selama 12 hari dalam setahun. Saat itulah saya bisa pulang ke kampung halaman,” jelasnya.

Mengenai pekerjaan sebagai prakirawan, menurutnya petugas di Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut bekerja 24 jam. Namun, masing-masing orang bekerja berdasarkan shift tiap enam jam sekali. Jadi, ia tetap bisa jalan-jalan setelah bekerja.

“Kendala kami di sini adalah minimnya pos pemantau cuaca di Kalteng yang luasnya 1,5 kali Pulau Jawa. Karena itu, kalau bisa pemerintah kabupaten dan kota se-Kalteng bisa membantu dengan mendirikan automatic weather station (AWS). Dari alat tersebut, data bisa dikirim secara telematri meskipun berjarak jauh. Itu sangat membantu dalam pendataan kondisi cuaca,” katanya. (*)


Jadi "selebritis" lokal deh....


1 comment:

Anonymous said...

oo... mba kakaknya mba dian ya.. salam kenal