Selamat Datang...

...tolong bangunkan aku esok pagi...

Friday, January 18, 2008

Ampuni Soeharto??

Berbagai postingan di milis yang saya ikuti sedang marak dibahas soal Soeharto. Entah kenapa, topik tentang Si Jenderal Bintang Lima (ini produk made in Soeharto juga) seolah tak ada habisnya. Hidup bikin perkara, mau mati jadi berita. Semua perhatian media saat ini terfokus pada kondisi kesehatan dan kasus-kasus Soeharto yang sedang diperkarakan di Pengadilan. Selain tentang dia sendiri, keluarganya tak jarang juga menjadi sorotan. Terlebih soal gugatan cerai Bambang Tri kepada Halimah. Yang paling menarik adalah soal pengampunan Soeharto. Apa benar orang tua ini mesti diampuni?

Selama 32 tahun menjadi penguasa tunggal Orde Baru, Soeharto telah banyak berbuat dan bertindak. Tak bisa dipungkiri, beberapa hal yang terekam dalam ingatan masyarakat dan generasi tua kebanyakan saat ini adalah "nyaman, tenteram, stabil, harga beras dan minyak tanah murah..." Sebagian lagi generasi muda, mulai jaman flower generation, X-generation, sampai MTV generation menganggap Soeharto sebatas pada bagian dari Penataran P4 dan mengenalnya sebagai Bapak Pembangunan.

Semasa jadi Bapak Pembangunan, dia dikenal suka memberikan petunjuk kepada bawahan dan ajudan. Salah seorang menteri bahkan senang menggunakan istilah "menurut petunjuk bapak presiden..." Petunjuk-petunjuk ini kemudian diterjemahkan oleh para bawahan dengan berbagai cara, yang penting Asal Bapak Senang. Kalau ada yang protes tinggal di kucilkan, di-dubes-kan, dibuang ke daerah terpencil sampai resiko di pecat. Malahan sampai mencap dengan label PKI atau OTB (Organisasi Tanpa Bentuk). Yang jelas-jelas melawan akan segera dibungkam, yang diam-diam melawan akan dibuat tidak berdaya.

Banyak sudah kasus pembungkaman aktivis garis keras yang dilakukan Soeharto. Tidak hanya kelompok Nasionalis Demokratis, kelompok agama dan militer pun di sikat Soeharto jika tidak sejalan dengan petunjuknya. Kasus-kasus macam MALARI, Tanjung Priuk, Tragedi Talangsari, Kudatuli adalah sebagian dari deret kekerasan yang dialami pejuang-pejuang demokrasi. Belum lagi sejumlah media yang di bredel, sehingga menimbulkan resistensi dan perlawanan militan dari korban-korbannya. Belum lagi stigma Komunis dan PKI yang dialamatkan Soeharto kepada pengkritik-pengkritik setianya. Masih untung jika tidak di tembak mati layaknya penjahat jalanan ala Petrus. Paling sial ya di tahan tanpa pengadilan, jikapun ada, hanya pengadilan boneka jaman Belanda mengadili Soekarno.

Memang, jika dilihat kasat mata, jaman Soeharto berkuasa terlihat Indonesia lebih makmur, tidak ada bencana, ekonomi stabil, penerapan teknologi juga tinggi. Bahkan Indonesia sempat menjadi negara yang diramalkan akan menyamai prestasi ekonomi China dan Jepang di Asia. Dari segi diplomasi dan martabat, posisi Indonesia lebih dihargai di dunia Internasional. Namun pembangunan yang terpusat menyimpan bom waktu di kemudian hari.

Dibalik "kesuksesan" menciptakan kestabilan dalam kehidupan bermasyarakat, Soeharto juga gemar memelihara konflik. Ada istilah, untuk tetap berkuasa ciptakanlah konflik. Nah, setelah memakai isu-isu Komunis dan PKI, Soeharto menciptakan istilah OTB, Organisasi Tanpa Bentuk, untuk menyebut para pengkritik setianya. Jaman itu, ketika disebut OTB, maka yang terbayang adalah interogasi berkepanjangan di kamar sempit dengan pertanyaan dari intel-intel Babinsa. Dengan bantuan media yang terbatas, peran Soeharto dalam menciptakan stigma-stigma baru dianggap sangat berhasil.

Selain itu, kesuksesan dalam bidang ekonomi malah memperparah struktur pondasi perekonomian Indonesia. Indonesia runtuh tak berdaya dihantap Soros, dan masih merayap hingga saat ini. Dengan berpegang teguh pada ajaran KKN, Soeharto mempercayakan pembangunan ekonomi dan fisik kepada kroni-kroninya. Hingga kini, kroni-kroni tersebut masih tetap setia, dan hanya segelintir saja yang berpaling.Nama-nama macam Liem Soei Liong dan Probosutedjo adalah salah dua dari banyak kroni yang tetap setia. Bahkan ketika terbujur sakit, banyak pengusaha kroninya yang berkunjung seperti Sudwikatmono dan Harmoko (ini juga pengusaha Tekstil berkat petunjuk Bapak Presiden),

Runtuhnya bangunan dan struktur ekonomi buatan Soeharto dan kroninya semakin membuat Indonesia terpuruk. Dan sudah jelas menyusahkan rakyat kebanyakan. Tetapi tetap saja terekam dalam ingatan generasi tua, Soeharto adalah orang yang berjasa besar bagi pembangunan Indonesia. Sementara bagi yang lain, Soeharto adalah penguasa tiran. Banyak yang jadi korban, bukan saja harta, tetapi juga nyawa. Dalam 32 tahun kediktatorannya, tak terhitung lagi pusara tanpa nama dan belitan stigma merugikan yang tidak akan bisa hilang. Dengan demikian, masihkan Soeharto pantas diampuni? YA, KARENA DIA BERSALAH....

No comments: