Selamat Datang...

...tolong bangunkan aku esok pagi...

Monday, December 11, 2006

ME dan YZ

ME dan YZ menjadi inisial paling populer di jagad pemberitaan media di Indonesia akhir-akhir ini. Rasanya tidak lengkap sebuah berita tanpa menyertakan soal ME dan YZ. Terlebih di kaitkan dengan dampak politis yang timbul dari kasus yang menyertai mereka. Apa kasusnya, rasanya ga usah ditulis lagi, semua orang Indonesia dari pejabat sampai penjahat, dari presiden sampai pengangguran, dari yang intelek sampai yang mirip telek juga sudah pada tahu. Termasuk yang munafik dan ingkar.

Bicara dampak, kasus ME dan YZ menimbulkan keresahan, dan otomatis pro kontra pasti ada. Ada yang bersimpati pada ME karena sebagai korban dan pada akhirnya menuntut adanya Undang-Undang Perlindungan Wanita, ada juga yang menyebut ME sebagai perempuan murahan. Ada juga yang menyebut YZ sebagai korban teknologi, sementara YZ sendiri mengerti moral (agama) tetapi masih juga "kebobolan". Apalagi diakitkan dengan kabar-kabur seorang ustadz di Bandung yang menikah lagi, istilahnya Poligami, jadi makin rame. Presiden SBY bahkan sampai memanggil beberapa pejabat terkait, termasuk Ditjen Bimas Islam untuk membicarakan soal poligami. Apapun alasannya, poligami (sekali lagi) adalah soal pilihan, dan menikah lagi atau tidak, adalah bagian dari hak seseorang.

Namun Me dan YZ terkesan saling perang opini. Bahkan dua pengacara juga perang mulut lewat media. ME di bela lawyer yang juga artis RS, sementara YZ di bela sama HPH. Keduanya hari ini datang ke POLDA Metro Jaya, ME sebagai saksi didampingi RS, dan diperiksa di Reskrim, sementara HPH datang atas nama keluarga besar YZ mengadukan ME. Setelah puas, mereka berdua "onani" wacana di depan media. Si RS menganggap dirinya pengacara berkelas, mengerti hukum dan yang lainnya ingin mendompleng ketenarannya. Sementara HPH menggambarkan dirinya paling benar, dan juga berkelas. Siapa yang berkelas, kita tidak tahu. Sebab, sekolah-sekolah di Indonesia ruang kelasnya sudah banyak yang tidak memadai.

Namun, aku melihat ada nuansa politis yang besar dalam kasus ini. Meskipun ME mengakui "beberapa" kejahatan, namun YZ juga sebenarnya harus bertanggung jawab. Sebab selama kasus ini berkembang, kita seolah di buai bahwa YZ sebagai lelaki bisa khilaf, sementara yang perempuan menjadi sasaran tembak. Apalagi posisi YZ yang politisi partai beringin, mantan ketua organisasi mahasiswa berlabel Islam, kemudian lulusan Fakultas Hukum salah satu universitas negeri terbesar di Surabaya, juga menjabat sebagai ketua rohani partai beringin. Dengan sederet "titel" itu, bisakah kita memaafkan YZ yang khilaf? Yang berpendapat bahwa manusia bisa saja salah? Naif sekali dunia ini.... Sementara ME yang juga jadi korban di pojokkan, dan sekarang sasaran tembak sudah dipastikan. Kasihan memang perempuan di Indonesia yang masih tertindas karena pola pikir patriarkal, termasuk pemberitaan.

Well, soal pemberitaan, hari ini liputannya ke POLDA Metro, untuk follow up ME. Namun tidak satu pun gambar bagus bisa di dapat, apalagi wawancara. Berhubung bersaing dengan infotainment yang tidak beretika dalam mengambil gambar, maka kami sedikit kesulitan mendapat yang terbaik. Mau tahu perilaku pewarta infotainment dalam bertugas?

Kameranya tidak ada zoom in, sebab semua berebut mengambil gambar dalam jarak dekat. Otomatis menghalangi kamera rekanz yang lain. Juga tidak tertib, selalu maunya menang sendiri, tak ber etika, ga bisa diatur. Meski udah di teriakin, tetep aja ga bisa tertib!

Hmmm, ME dan YZ...Memang Enak Ya Zina....

No comments: