Seorang jurnalis, Bayu (Oka Antara), sedang berada di titik terbawah karir jurnalistiknya.
Investigasi jurnalistiknya terhadap Dharma (Ray Sahetapy), menemui jalan buntu.
Dharma melalui pengacaranya, Robert (Epy Kusnandar), Dharma menyatakan tidak
bersalah dan tidak melakukan kejahatan apapun. Obsesi menemukan kejahatan
Dharma kemudian menjadi tujuan Bayu.
Nomura Shuhei (Kazuki Kitamura), seorang eksekutif di
Jepang, menunggah video-video pembunuhan yang dilakukannya ke internet. Nomura
mendapat kepuasan tersendiri saat hint
videonya mendapat jumlah penonton tinggi. Tiap video dianggap Nomura sebagai
karya besar dan selalu melakukan perubahan dalam setiap aksinya. Bayu adalah
salah seorang “penggemar” video-video Nomura.
Baik Nomura maupun Bayu menyimpan sisi gelap yang berbeda.
Nomura dihantui oleh sikap ingin memiliki melalui pembunuhan-pembunuhan yang
dilakukannya. Nomura digambarkan seorang yang dingin, kaku tetapi punya kharisma
di mata perempuan yang menjadi targetnya. Nomura memilih targetnya secara acak:
pekerja kantoran, pekerja seks komersial, teman dekat bisa menjadi korban Nomura
selanjutnya. Karakter Nomura dibuat sedemikian rupa tanpa konflik berarti,
sehingga Nomura bisa “bekerja lebih baik dan lebih sadis”. Tak ada kerumitan
dalam karakternya: Pilih, Ambil, Bunuh. Nomura adalah pembunuh sejati, seorang
psikopat yang unggul.
Sementara Bayu, karakternya bertele-tele sehingga membuat
kehadiran Dina (Luna Maya) sebagai istrinya terlihat sebagai sebuah pemanis dan
tak berpengaruh apa-apa pada jalan cerita. Bayu juga seorang yang lebih rumit.
Kariernya berada pada titik terendah dan rumahtangganya diujung kegagalan,
belum lagi obsesi kepada sosok Dharma, membuat Bayu terjebak dala kesendirian.
Salah satu “hiburan” Bayu adalah menonton video-video pembunuhan Nomura.
Jika Nomura digambarkan sebagai pembunuh berpengalaman, Bayu
terjebak dalam sisi gelapnya karena insiden pembelaan diri. Insiden itu
menggiring Bayu melakukan pembunuhan-pembunuhan selanjutnya dengan bimbingan
Nomura. Ya, Nomura bisa menghubungi Bayu via internet dan “memaksa” Bayu lebih
baik lagi dalam melakukan aksinya. Berbeda dengan Nomura, Bayu lebih selektif memilih korbannya. Selain korban pertama, korban-korban Bayu
adalah bukti obsesif Bayu terhadap
Dharma.
Killers (2014) garapan The Mo Brothers akan bisa dinikmati
lebih gelap jika karakter-karakter tidak penting di sekitar Bayu bisa
diminimalisir. Oka Antara memang bermain bagus, tapi tidak cukup bisa
menggambarkan Bayu yang galau dan punya sisi hitam. Dengan kata lain,
karakter-karakter diluar pendukung Dharma tidak menjadi pemicu serius bagi Bayu
untuk melakukan aksinya. Bayu bisa berhenti pada sikap obsesifnya terhadap
Dharma tanpa harus ditambahkan monosodiumglutamat Dina dan keluarganya. Sikap
obsesif Bayu ini penting dan bisa menjadi penguat cerita tanpa bertele-tele
terjebak pada urusan yang lain. Bayu terlalu ragu menjadi psikopat.
Pada Nomura, ia “nyaris” menjadi manusia normal saat bertemu
Hisae (Rin Takashi). Ia menunjukkan sikapnya sebagai seorang pelindung, namun
tidak meninggalkan sifat kejamnya. Tidak berpanjang-panjang, Nomura tetap
menjadi sosok yang punya dua sisi bertolak belakang tanpa penceritaan yang mendayu-dayu.
Sebagai film thriller psikologis, tak ada tekanan berarti
pada penonton saat film ini diputar. Dimaksudkan sebagai film yang gelap, kejam,
dan berdarah-darah, Killers sangat layak tonton mentok hanya pada apiknya akting
Oka Antara dan karakter Nomura. Meskipun demikian, bertemunya Bayu dan Nomura
tidak juga memberikan tekanan berarti pada Killers.
*kredit foto: http://www.imdb.com/title/tt2409300/ *
No comments:
Post a Comment