Selamat Datang...

...tolong bangunkan aku esok pagi...

Sunday, April 22, 2007

Mora, Tragedi dan Cita-cita

Partahi Mamora Halomoan Lumbantoruan, tak ada yang mengenal sebelum kejadian berdarah di Virginia Tech University mencuatkan namanya. Mora, panggilan akrab Partahi, adalah salah satu korban penembakan yang dilakukan mahasiswa 23 tahun asal Korea Selatan, Cho Seung-hui. Profil Cho diduga terkena gangguan jiwa. Tragedi berdarah itu menewaskan 32 orang, termasuk Mora dan tiga Profesor universitas tersebut. Segera saja insiden ini menjadi berita duka yang mendalam. Total 33 orang tewas setelah Cho mengakhiri hidupnya sesaat setela penembakan terjadi.

Mora, 34 tahun, adalah mahasiswa asal Indonesia yang sedang menempuh gelar doktoralnya di Virginia Tech University. Dia adalah alumni program S1 Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan, dan juga lulusan Master di bidang Geoteknik pada universitas yang sama. Keinginan besar Mora untuk mengabdi pada dunia pendidikan lah yang pada akhirnya mengantarkan Mora menempuh studi Ph. D di universitas tersebut.

Keinginan ini di dasari atas kekaguman dan penghormatannya terhadap Profesor Paulus Pramono Rahardjo, dosen Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan. Selain menjadi dosen program S1, beliau juga menjadi pembimbing thesis Mora saat Mora menyelesaikan S2 pada program Pascasarjana di Universitas Katolik Parahyangan dengan spesialisasi Geoteknik. Kekaguman Mora terhadap guru, mentor, sekaligus sahabatnya itu di buktikan dengan tekadnya yang kuat untuk mengembangkan diri agar cita-citanya sebagai pendidik dan peneliti dapat tercapai. Tekad itulah yang mengantarnya menempuh studi doktoral di almamater Profesor Paulus.

Namun, cita-cita itu kandas. Mora tewas dalam insiden paling berdarah dan mematikan dalam dunia pendidikan Amerika Serikat. Dalam sebuah surat elektronik yang dikirimkan kolega Profesor Paulus di Virginia Tech University, kematian Mora diakibatkan oleh tindakan heroik Mora. Insiden berlangsung saat sebagian mahasiswa menghadiri kuliah, sebagian lagi menghabiskan waktu sambil belajar di taman. Saat kejadian berlangsung, Mora langsung melindungi seorang anak kecil. Anak kecil itu adalah anak teman kuliah Mora di Virginia Tech University. Dengan setengah membungkuk, Mora melindungi anak tersebut dari rentetan senjata pembunuh yang di duga sakit jiwa. Akibatnya, Mora terkena tembakan tunggal di pelipis yang mengakhiri hidupnya. Kematian tragis ini tak pelak menimbulkan kedukaan yang mendalam bagi keluarga, teman, sahabat, kolega dan almamater Mora.

Untuk mengenang dan menghargai aksi heroik Mora, pihak Virginia Tech University melalui presidennya akan tetap memberikan gelar Ph. D bagi Mora, meski Mora, -jika masih hidup, ia akan menyelesaikan doktoralnya dua bulan lagi-, tidak akan pernah bisa menghadiri pemberian gelar ini.

Selamat jalan Mora...
---berdasarkanhasilwawancaradengantemantemanterdekatmoratermasukprofesorpaulus---

No comments: