Sejak era Joker pada The Dark
Knight karya Christopher Nolan, belum ada lagi karakter villain yang begitu
serius mengejar karakter jagoan sampai ke titik psikologisnya. Karakter antagonist seperti ini sangat dibutuhkan ditengah-tengah pola film action-hero
yang bertumpu pada hebatnya sang jagoan. Adu gebuk dan ledakan sudah pasti jadi
bumbu utama, tapi film-film aksi jagoan perlu ditambah penyedap rasa yang lain.
“Penyedap rasa” yang lain salah
satu contohnya adalah mengembalikan Sang Jago kembali ke bumi, menjadi manusia
biasa. Pasca Nolan memoles Bruce Wayne menjadi persona yang lemah tanpa topeng
Batman, Sam Mendes memunculkan James Bond yang tak lagi bergantung pada
teknologi canggih. Satu-satunya yang terpelihara dengan baik adalah apapun
situasinya, Bond haruslah sosok yang parlente.

Bond pun berhadapan dengan masa
lalu M, Silva (Javier Bardem) seorang agen sebelum Bond. Dalam pengejarannya,
Bond tak dibekali peralatan super canggih, hanya satu pistol standar yang
dibekali kemampuan memindai sidik jari Bond. Mulai lah adu strategi dan taktik
antara Bond dan Silva terjadi.
Tak ada sex dalam proses
pengejaran Bond. Mohon maaf, Bond Girl
kali ini hanyalah Cameo yang sebetulnya tak layak disebut Bond Girl. Yang ada
baku senjata dan adu psikologis. Senjata yang digunakan pun “standar-standar
saja” dan bukan ala Bond yang super. Pengejaran Bond berbalik menjadi perburuan
Silva terhadap M dan Bond. Bond yang paham bahwa Silva mengetahui latar
belakang hidupnya, memancing Silva menuju Skyfall, rumah bergaya kastil milik
keluarga Bond.
Dalam perburuan ini, M dan Bond
terlibat percakapan “curhat” dari keduanya. Baik M maupun Bond berhadapan
seperti manusia biasa: Mendengarkan dan didengarkan. Keduanya menjadi sosok
yang lemah, punya pertimbangan hati dan saling membutuhkan sebagai manusia.
Batas antara atasan dan bawahan hilang, kecuali kenyataan bahwa Bond memang
salah satu tugasnya adalah melindungi M sebagai bosnya
.
Daniel Craig sebagai Bond kali
ini terlihat mampu menjaga keseimbangan emosional dan aksi. Sebagaimana Craig menjaga
emosinya saat berperan sebagai Will Atenton di setengah film Dream House (2011).
Sementara peran Javier Bardem pada Silva bisa menunjukkan teror psikologis yang
lain, yang membuat penonton gemas dan geregetan. Silva yang hampir sama dengan
Anton Chigurh di No Country for Old Men (2007). Dan, jujur saja, tanpa Raoul
Silva pada Bardem, Skyfall cuma film aksi Bond biasa.
*foto: http://www.bristolvantage.com/2012/10/29/vantage-reviews-skyfall/*
No comments:
Post a Comment