Televisi adalah candu…mungkin
istilah itu cukup mewakili kegilaan masyarakat modern (?) terhadap
televisi. Lewat televisi, imaji kita
digempur terus menerus menuruti kemauan para pembuatnya (atau penontonnya?),
hingga secara tak sadar terbawa pada realitas buatan yang ada di kotak hiburan
ruang keluarga tersebut. Sama seperti medium film yang punya batasan, televisi pun
mengenal batasan-batasan tertentu yang pada akhirnya ditentukan penonton dalam tombol
channel pada remote control-nya. Batasan-batasan pada televisi yang seringkali
kabur begitu saja atas nama rating-share.

Truman Burbank sendiri hanya tahu
hidupnya bahagia dikelilingi orang-orang yang dicintai dan mencintainya.
Benarkah demikian? The Truman Show sesungguhnya menelanjangi a fake world
reality on TV. Dunia Truman Burbank adalah ciptaan dan rekaan televisi dibawah
kendali Christoff (Ed Harris). Saat Truman sadar bahwa hidupnya adalah rekaan,
Christoff berusaha mengembalikan ke jalurnya semula, semua atas nama
rating-share televisi. Dibuatlah drama-drama yang bertujuan “menyadarkan”
Truman untuk kembali ke “dunia nyatanya” di set. Kenyataannya, “dunia nyata”
Truman memang disesaki para aktor dan aktris untuk meyakinkan Truman, sekaligus
meyakinkan penonton.
Selayaknya banyak reality show
yang patut dipertanyakan ke-realty-annya, dunia Truman memang sengaja dibuat
untuk penonton betah di depan televisi. Christoff bahkan membangun dunia Truman
terpisah dari dunia sebenarnya. Mereka akan terbawa pada “drama-drama” rekaan
dan tentu saja meningkatkan pendapatan program televisi tersebut melalui ukuran
rating-share. Meski sadar bahwa usia program televisi itu sudah jenuh,
Christoff tetap bersikukuh bisa membawa Truman ke tingkat yang lebih baik. Pada
akhirnya, Christoff memang larut dalam dunia-nya Truman dan Playing God.
Christoff tak ingin kehilangan
penonton. Apa yang dia lakukan tampak sah-sah saja dalam dunia televisi. Mirip
dengan EdTV. Hanya saja, jika pada EdTV (1999), sang produser keburu sadar dan
berusaha mengakhiri programnya berlawanan dengan para eksekutif televisi. Pada
EdTV pula subjek reality show memang berkenan di shoot dan dihadirkan kesehariannya
lengkap dengan drama rekaannya, Truman tidak demikian. Truman tak tahu sama
sekali sampai ia tersadar mengalami kejadian yang berulang setiap harinya.
Truman kemudian berusaha menggapai dunia realitas sebenarnya. Usaha Truman ini
pun menjadi drama tersendiri dan kemudian ditayangkan di televisi. Kembali,
penonton pun betah menyaksikannya…
Inilah komedi satir tentang TV
Show.. Tentang realitas dibalik realitas.. They believe in God, but prefer
playing God by themselves..
*foto: http://www.imdb.com/media/rm2845748224/tt0120382*